Kondisi politik terakhir Mesir semakin
mengkhawatirkan, tidak hanya dalam masalah politik praktis tapi juga
dalam masalah perebutan kendali terhadap lembaga-lembaga yang memiliki
peran besar, baik bagi masyarakat Mesir sendiri maupun bagi umat Islam
di seluruh dunia secara umum.
Kekhawatiran ini muncul dari pihak
minoritas yang ada di Mesir, seperti orang-orang Kristen Ortodok,
orang-orang Liberal dan orang-orang Sekuler. Sumber kekhawatiran mereka
berangkat dari kemungkinan pemerintah Mesir akan berubah menjadi
pemerintahan teokrasi, yang semua urusan pemerintahan akan tergantung
keputusan para agamawan.
Lebih mengkhawatirkan lagi, jika Al-Azhar
sebagai lembaga yang selama ini terkenal moderat akan dikuasai oleh
orang-orang salafi. Hal ini tidak tertutup kemungkinan mengingat hasil
referendum undang-undang Mesir yang baru yang mayoritas didukung oleh
orang-orang salafi menyetujui undang-undang baru tersebut, dan salah
satu pasal dalam undang-undang baru tersebut memberikan kekuasaan penuh
terhadap Al-Azhar untuk memberikan pertimbangan, sekaligus keputusan
tentang konstitusi negara dilihat dari perspektif agama.
Kenyataan seperti ini sebenarnya tidak
diinginkan oleh para tokoh Azhar sendiri, para pemegang kebijakan di
Azhar tidak suka dengan peran yang terlalu besar bagi institusi ini,
mereka merasa terpaksa menerima kebijakan tersebut atas desakan
orang-orang salafi yang akhir-akhir ini mendapat tempat dalam demokrasi
gaya baru Mesir.
Salah seorang penasihat Syaikh Al-Azhar
Abdu ad-Daim Nasir mengatakan, “Orang-orang Salafi menginginkan Al-Azhar
menjadi bagian dari pemerintahan politik, dan ini tidak kami setujui,
kami tidak ingin membuat undang-undang berdasarkan faham teologis yang
mengatakan ini (benar) dan ini (salah)”. Dan inilah sebenarnya yang
diinginkan oleh mereka. Nasir menambahkan bahwa orang-orang salafi
memperjuangkan hal ini karena mereka mengira bahwa mereka akan menguasai
Al-Azhar.
Perselisihan ini akan memiliki dampak
yang sangat besar terhadap masa depan Mesir, karena Al-Azhar memiliki
posisi terhormat bagi setiap orang Mesir dan merupakan lembaga yang
memiliki otoritas penafsiran tentang Islam. Sejak dulu Al-Azhar memiliki
peran yang sangat penting, di samping juga ia merupakan pusat
penyebaran faham Ahlussunnah Waljamaah, yang memiliki murid dari
berbagai belahan dunia.
Inilah sebenarnya yang sangat ditakutkan
oleh orang-orang Kristen dan orang-orang sekuler, yaitu perubahan
ideologi Al-Azhar yang moderat menjadi instansi yang beraliran keras.
(Absyaish).
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar