Kurang lebih dalam jangka setahun, pesta
demokrasi di Indonesia segara akan digelar. Berbagai macam strategi
pemenangan pun tampaknya telah dipersiapkan partai-partai politik yang
akan berkontestasi di pemilu 2014. Namun sebenarnya apa kriteria publik
yang dijadikan dasar dalam memilih presiden.
Mengenai tanya tersebut Lingkaran Survei
Indonesia (LSI) memberikan salah satu jawabannya bahwa mayoritas publik
menginginkan munculnya presiden yang punya komitmen tegas dalam menjaga
keberagaman baik ideologis maupun primordial.
“Berdasarkan survei yang dilakukan LSI
pada 440 responden di seluruh provinsi, 87,6 persen menginginkan
munculnya calon presiden 2014 yang melindungi keberagaman,” kata
peneliti LSI, Adjie Alfaraby, dalam pemaparan hasil surveinya di
Jakarta, Ahad, 23 Desember 2012.
Adjie menambahkan bahwa saat ini publik
tak mempersoalkan perbedaan etnik dan agama dalam menentukan calon
presiden. Dari survei yang digelar 14-17 Desember itu, 54.49 persen
responden bisa menerma pemimpin yang berbeda agama dan 80,37 persen
menerima pemimpin perempuan.
Kehadiran seorang presiden yang peduli
terhadap keberagaman kata Adjie, diyakini akan menurunkan intensitas
kekerasan yang terus meningkat sejak 1998 lalu. Pada periode 1998-2004,
pada pemerintahan BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati
Soekarnoputri, terjadi 915 kasus dengan rata-rata 150 kasus per tahun.
Jumlah ini meningkat pada pemerintahan Yudhoyono, 2004-2012 dengan 1.483
kasus, sekitar 210 kasus per tahun. [Mh]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar