Senin, 08 April 2013

60 Persen Guru PAI di Jawa Berpotensi Intoleran





Potensi radikalisme agama di sekolah ternyata besar. Dari 500 guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jawa yang menjadi informan penelitian, ternyata 60 persen dari mereka berpotensi intoleran.

Hal ini diungkapkan oleh Dr. Imam Tholkhah, dalam orasi ilmiah bertema Pengembangan Budaya Toleransi Melalui Pendidikan Islam di Sekolah untuk Mencegah Konflik Keagamaan, di Jakarta, Kamis (20/12/2012). Orasi itu disampaikan dalam rangka pengukuhan Imam Tholkhah sebagai Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam bidang agama dan kemasyarakatan.

“Meski intoleransi tak selalu identik atau paralel dengan radikalisme, tetapi sikap dan pemahaman itu dapat menjadi embrio radikalisme dan terorisme,” kata Imam.

Dalam hemat dia, menghadapi kenyataan tersebut, salah satu solusi yang mampu mencegah penyebaran bibit radikalisme dan terorisme adalah pendidikan, terutama pengembangan budaya toleransi.

 “Sekolah bisa menjadi kawah candradimuka bagi penyiapan generasi bangsa yang memiliki komitmen terhadap budaya toleransi. Sebaliknya, sarana edukasi itu dapat dimanfaatkan kelompok tertentu untuk menghancurkan kebhinnekaan kita dengan baju agama atau simbol ideologis lainnya,” ujar Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama RI itu.

Menurut dia, lembaga-lembaga pendidikan, terutama yang berbasis agama, harus mampu mengembangkan pemahaman dan sikap toleransi peserta didiknya.

“Bahwa apa yang kita perjuangkan sebagai suatu kebenaran, harus diletakkan sebagai bagian dari kebenaran yang juga dimiliki kelompok lain, dan sikap toleran terhadap agama merupakan bagian dari prinsip dan amal ibadah yang sangat dianjurkan,” tandasnya. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar