Indonesia masih membutuhkan
Detasemen Khusus 88 Antiteror guna melindungi warga negara dari bahaya
terorisme yang belakangan kembali mencuat. Hal ini dikatakan Komisioner Komisi
Kepolisian Nasional (Kompolnas) M Nasser.
"Kompolnas beranggapan bahwa
rasanya tidak ada alasan untuk membubarkan Densus 88, bahkan melihat eskalasi
teroris yang semakin rajin berbaur dengan masyarakat," kata Nasser dalam
keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu (12/5/2013).
Meski demikian, diakui Nasser ada
banyak keluhan tentang siapa yang melakukan kontrol terhadap pekerjaan Densus
88. Hal ini karena banyak yang mempertanyakan bagaimana jika Densus 88
digunakan untuk membungkam musuh politik.
Dia juga berpendapat bahwa
sangatlah berlebihan bila masyarakat menaruh kecurigaan atas adanya penangkapan
teroris sebagai pengalihan isu politik ataupun sekadar sebagai tindakan
pencitraan kepolisian.
Kemudian, terkait dengan tindakan
kekerasan oleh Densus 88 yang kerap kali dinilai tidak manusiawi dan kejam, hal
itu menurut Nasser telah dilakukan sesuai dengan standar.
Menurut dia, kalaupun ada
penembakan terhadap terduga teroris, hal itu dilakukan secara terpaksa dan
merupakan pilihan terakhir yang diambil.
"Menangkap target hidup
adalah sebuah keutamaan terbesar bagi Densus 88 karena berkesempatan untuk
mendapat banyak informasi penting dalam pengungkapan jaringan (teroris),"
katanya.
Diungkapkan Nasser pula bahwa
selama ini Densus 88 memiliki standar prosedur operasional yang dinilai Kompolnas
memiliki kredibilitas dan akuntabilitas. Artinya, penembakan baru akan
dilakukan saat standar prosedurnya jelas dan sesuai.
"Perintahnya jelas, semua
target Densus 88 seharusnya ditangkap hidup-hidup, bila 'toh' ada yang harus
ditembak itu pasti karena ada bahaya yang menganga dan berpotensi menimbulkan
korban," katanya.
Seperti diketahui, Densus 88
Antiteror Mabes Polri telah menangkap terduga teroris dari empat lokasi yang
diduga menjadi sarang komplotan itu, yaitu Jakarta, Bandung, Kendal, dan Kebumen.
Tujuh di antaranya tewas saat ditangkap, sementara 13 orang lainnya berhasil
ditangkap hidup.
Kelompok ini merupakan sisa
kelompok Abu Omar dan Autad Rawa. Pengakuan sementara, yaitu mereka melakukan
pencarian dana untuk mendukung Mujahidin Indonesia Timur di Poso Pimpinan Autat
Rawa dan Santoso.
#Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar