Jumat, 03 Mei 2013

Aksi Represif Polisi Memicu Balas Dendam Teroris

 



Terbunuhnya delapan anggota Polri di tangan teroris sepanjang tahun 2012 ini memicu beberapa analisis. Salah satu pandangan yang dikemukakan adalah aksi serangan terhadap anggota korps bhayangkara itu merupakan ekspresi balas dendam kelompok teroris terhadap polisi yang dinilai bertindak represif terhadap jaringan mereka.

“Penangkapan yang dibarengi dengan aksi kekerasan seperti kasus penembakan terhadap Khoiri, terduga teroris asal Bima pada November lalu, justru memupuk dendam dalam kelompok mereka,” ujar Muhammad Miqdad, Direktur Eksekutif Institut Titian Perdamaian (ITP), LSM di Jakarta yang memiliki program CEWARS (Conflict Early Warning System) di Poso, kepada Lazuardi Birru.
Pria asli Palu, Sulteng ini berkisah, dirinya pernah menyaksikan prosesi pemakaman salah satu DPO kasus terorisme yang tertembak mati oleh polisi. Saat itu ia mendengar teriakan ‘ini belum selesai, tunggu pembalasan kami.’

Lebih lanjut ia menganalisis selebaran yang berisi tantangan perang kelompok Santoso terhadap polisi namun melarang keterlibatan TNI. Baginya, hal itu murni ekspresi balas dendam.
“Jika memang mereka menganggap Negara ini thaghut, sehingga seluruh instrumennya juga thaghut yang boleh diperangi, maka TNI juga akan mereka ajak perang. Namun ternyata mereka hanya mengincar polisi. Itu lantaran polisi merupakan instrumen Negara terdepan yang berhadapan dengan kelompok teror,” ujarnya.
Sementara itu pengamat terorisme Ali Fauzi berpandangan, saat ini polisi dijadikan target number one oleh kelompok teroris karena mereka terpapar oleh fatwa dari Abu Musab al-Zarqawi.
Al-Zarqawi adalah warga Yordania yang sempat mengelola kamp paramiliter di Afghanistan dan bergabung dengan Alqaeda sebelum tewas di Irak pada  2006.

“Al-Zarqawi mengeluarkan fatwa wajibnya membunuh polisi yang melindungi  pemerintahan thaghut. Fatwa ini dikeluarkan di Irak. Tak peduli jika polisi itu Islam sekalipun,” kata adik dari terpidana teroris Bom Bali Ali Imron ini seperti dikutip beritasatu.com.

Al-Zarqawi ini juga membuat kelompok bernama al-Tawhid wal-Jihad yang  kemudian di Indonesia, namanya di-copy paste oleh kelompok yang dikomandoi Yadi al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay.
Kelompok Yadi inilah yang mendalangi bom bunuh diri di Mapolres Cirebon  pada 15 April 2011 dan meledakan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Solo pada 25 September 2011. (fq)

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar