Terbunuhnya delapan anggota Polri di
tangan teroris sepanjang tahun 2012 ini memicu beberapa analisis. Salah
satu pandangan yang dikemukakan adalah aksi serangan terhadap anggota
korps bhayangkara itu merupakan ekspresi balas dendam kelompok teroris
terhadap polisi yang dinilai bertindak represif terhadap jaringan
mereka.
“Penangkapan yang dibarengi dengan aksi
kekerasan seperti kasus penembakan terhadap Khoiri, terduga teroris asal
Bima pada November lalu, justru memupuk dendam dalam kelompok mereka,”
ujar Muhammad Miqdad, Direktur Eksekutif Institut Titian Perdamaian
(ITP), LSM di Jakarta yang memiliki program CEWARS (Conflict Early Warning System) di Poso, kepada Lazuardi Birru.
Pria asli Palu, Sulteng ini berkisah,
dirinya pernah menyaksikan prosesi pemakaman salah satu DPO kasus
terorisme yang tertembak mati oleh polisi. Saat itu ia mendengar
teriakan ‘ini belum selesai, tunggu pembalasan kami.’
Lebih lanjut ia menganalisis selebaran
yang berisi tantangan perang kelompok Santoso terhadap polisi namun
melarang keterlibatan TNI. Baginya, hal itu murni ekspresi balas dendam.
“Jika memang mereka menganggap Negara ini thaghut, sehingga seluruh instrumennya juga thaghut
yang boleh diperangi, maka TNI juga akan mereka ajak perang. Namun
ternyata mereka hanya mengincar polisi. Itu lantaran polisi merupakan
instrumen Negara terdepan yang berhadapan dengan kelompok teror,”
ujarnya.
Sementara itu pengamat terorisme Ali Fauzi berpandangan, saat ini polisi dijadikan target number one oleh kelompok teroris karena mereka terpapar oleh fatwa dari Abu Musab al-Zarqawi.
Al-Zarqawi adalah warga Yordania yang
sempat mengelola kamp paramiliter di Afghanistan dan bergabung dengan
Alqaeda sebelum tewas di Irak pada 2006.
“Al-Zarqawi mengeluarkan fatwa wajibnya membunuh polisi yang melindungi pemerintahan thaghut.
Fatwa ini dikeluarkan di Irak. Tak peduli jika polisi itu Islam
sekalipun,” kata adik dari terpidana teroris Bom Bali Ali Imron ini
seperti dikutip beritasatu.com.
Al-Zarqawi ini juga membuat kelompok bernama al-Tawhid wal-Jihad yang kemudian di Indonesia, namanya di-copy paste oleh kelompok yang dikomandoi Yadi al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay.
Kelompok Yadi inilah yang mendalangi bom
bunuh diri di Mapolres Cirebon pada 15 April 2011 dan meledakan bom
bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Solo pada 25
September 2011. (fq)
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar