Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*
Kalau merasa diri tidak salah dengan segala amalan yang anda lakukan maka lanjutkan saja apa yang telah di perbuat,
jangan mengharapkan apalagi memaksa orang lain untuk mengikuti dan membenarkan
segala amalan yang sudah di perbuat. Jika merasa golonganmu benar maka ikuti
terus sampai saat setelah sekarat, jangan mengharapkan terlebih memaksa orang
untuk mengikuti golonganmu. Jika merasa aliranmu benar maka ikuti terus sampai
saat setelah sekarat, jangan mengharapkan terlebih memaksa orang untuk
mengikuti aliranmu. Jika kau merasa aqidah dan agamamu benar maka ikuti terus
sampai saat setelah sekarat, jangan mengharapkan terlebih memaksa orang lain
untuk mengikuti aqidah dan agamamu.
Bahaya jika terus merajalela para fanatik yang mengganggap golongan,
aliran dan agamanya adalah yang paling benar. Yang di fikirkan adalah surga
hanya untuk dirinya, golongan, aliran, dan agamanya. Maka orang lain yang tidak
mengikutinya adalah sesat, dan tidak boleh masuk surga. Lantas kemudian
pertanyaannya adalah mau akan di bawa kemana hak Tuhan Allah Azza Wajalla. Ungkapan
tersebut sengaja di kutip agar kita mengerti tentang hak dan kewajiban manusia,
hak Allah SWT tentunya sesuatu hal yang tidak bisa di interpretasi dengan
menakdirkan seseorang muslim atau bukan, kaya atau miskin, begitu pun masalah
hidayah dan pemikiran. Ia ciptakan berbagai macam hal untuk kita bisa saling
menghargai. Bisa jadi bahwa dengan kita menghormati orang yang berbeda
pandangan dengan pikiran kita justru itulah kemudian yang menjadi jembatan
untuk berjumpa dengan Allah yang maha karim.
Surga itu diciptakan bagi para hamba-hamba nya yang mau menjalankan
aktifitas sebagai seorang mahkluknya Allah SWT sesuai dengan syariat yang ada,
sekali lagi bahwa syariat juga mempunyai pikiran dan madzhab yang tidak hanya
satu, jika dalam pemikiran kita bahwa madzhab dan pikiran Islam itu hanya satu
maka seolah menyempitkan diri sendiri tentang arti kekuasaan Allah SWT yang
sanggup/mampu menciptakan pikiran, budaya berbagai macam ragamnya.
Surga itu dalam al Quran adalah sesuatu hal yang mencoba untuk
menggambarkan tentang kenikmatan-kenikmatan yang sulit untuk di dapatkan dan di
bayangkan sesuai dengan masa dan turunnya ayat suci tersebut, dimana di
sebutkan ketika itu bahwa surga adalah tempat yang mengalir di bawahnya air
(Q.S. at Taubah. 72), seakan-akan bidadari itu bermata yakut dan marjan. Mereka
bertelekan di atas permadani yang di dalamnya terbuat dari sutra. Hal itu hanya
gambaran kecil tentunya tentang surga, agar kita dapat mengimajinasikan tentang
balasan bagi orang yang berbuat kebaikan karena dengan wasilah sosial dan
ibadah tauhid inilah pada dasarnya secara hukum kita terlepas dari pada sebuah kewajiban.
Hingga dengan gugurnya kewajiban karena amalan terbaik kita untuk Allah SWT dan
manusia bisa jadi menjadi jalan berjumpa dengan Allah di surga-Nya. Kembali dalam
hadits Qudsi di tegaskan oleh rasulullah saw dalam sabdanya, “Aku sediakan bagi
hamba-hambaku yang shaleh segala sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata. Tidak
pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia”,
maka sambung nabi, bacalah jika kalian mau.
Perjalanan tentang surga itu bukan perjalanan instan dan sebatas
mengeluarkan fatwa, tapi ada banyak hal yang harus di lakukan sebagai
amal-amalan surga. Bukan suatu hal yang ringan tapi sekaligus juga bukan sesuatu
hal yang berat. Allah SWT hanya meminta untuk manusia agar tetap menjalankan
roda kehidupan sesuai dengan fithrahnya, menghambakan diri terhadap-Nya. Sementara
itu menjauhi larangan nya. Antara perintah dan larangan tentu nya menjadi sesuatu hal yang harus beriringan
bukan menciptakan sesuatu hal ketimpangan. Antara menjauhkan diri dari
kerusakan, kebinasaan, menciptakan harmonisasi, kesejahteraan dan hal ini lebih
di kenal dengan pembahasan melahirkan kesalehan sosial sementara itu sisi yang
lain hanya menjadikan Allah SWT sebagai sesuatu sesembahan.
Fenomena saat ini banyak yang mengukuhkan diri atas amalan dan aksi
sebagai langkah menuju surga dengan menimbulkan masalah baru tentunya bukan
sesuatu hal yang baik untuk di ikuti, karena Islam dan amalan surga adalah
menciptakan kebaikan dan tanpa meninggalkan jejak-jejak yang membuat orang
gusar karena akhlak kita. kelak nanti suatu saat bahwa manusia yang pernah di dzhalimi
akan menuntut kepada Allah untuk menangguhkan seseorang menuju surga jika hati
dan haknya pernah tercederai oleh tingkah kita. Pada akhirnya hanya Allah SWT
yang berhak memberikan jaminan surga, jika pun seorang nabi dan rasul menyampaikan
kepada sahabatnya bahwa ada yang di jamin sebagai sahabat yang langsung masuk
surga ini tentunya atas apa yang di wahyukan kepada mereka.
Satu menit ada banyak hal yang bisa di kerjakan, seorang manusia ketika
dalam proses menunggu seseorang dan antrian misalnya sering tidak sabar,
menggerutu, dan bahkan mencaci, tanpa disadari bahwa banyak hal yang sudah di
lakukan dalam proses menunggu seseorang dengan melakukan aktivitas tersebut
diatas di tambah dengan menonton tv, sibuk melirik jam dan mondar-mandir
menunjukkan ekspresi jengkel dan kesesalan diri. Hal tersebut harusny bisa di
isi agar tetap berisi apa yang sudah di lakukan yang menjadi amalan-amalan
surga berupa dzikir, membaca dan lain sebagainya. hal yang sering manusia lalai
karenanya adalah menghabiskan waktu dan jika di kumpul waktu tersebut mungkin
sudah bertahun bahkan berpuluh-puluh tahun meninggalkan amalan kita yang masih
jauh belum pernah di upgrade sama sekali.
*Penulis adalah
Alumni Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar