Oleh : Rahmat Kurnia Lubis*
Seni merupakan suatu
hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan, bukankah sesungguhnya dengan
seni hidup akan semakin indah, dengan ilmu akan lebih mudah dan tentu nya
dengan agama hidup akan terarah. Tiga hal tersebut merupakan point yang tidak
bisa di pisahkan satu sama lain jika ingin mempunyai warna, gairah, kesuksesan
dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Antara Seni, Ilmu dan Agama
merupakan bahasan yang seharusnya melekat bagi setiap pribadi muslim, kenapa
hal ini menjadi keharusan, karena pada dasarnya manusia itu secara fithrah
mencintai keindahan, seni itu termasuk di dalamnya keindahan, kelembutan, kreatifitas,
dan menghidupkan imajinasi. Menghidupkan imajinasi akan menjadi sangat penting
dalam memompakan semangat, tidak hanya sekedar memahami sebuah teori tapi
bagaimana memvisualisasikan sebuah dokumen, sejarah, dan cerita fiksi yang
menggugah akan membawa arti dan kesan tersendiri bagi yang menonton nya. Tidak sedikit
orang yang kemudian memanfaatkan media, seni dan karya untuk menggugah dunia.
Karya seni tidak hanya
sebatas, film tapi meliputi budaya, musik, dan gambar yang menambah kita
mengerti dan paham akan arti sebuah peristiwa terlebih-lebih dengan peran seni
ini bisa membuat suasana sejarah hidup kembali, tentunya yang lebih penting
menambah semangat nasionalisme dan keberIslaman diri seoranga manusia. Karya-karya
seni para sufistik misalnya telah mampu menjadi bahasa bijak yang di kenang dan
dijadikan inspirasi oleh banyak orang, seperti misalnya Jalaluddin Rumi,
Rabiyatul Adawiyah, ketika melihat filsuf-filsuf muslim juga banyak memberikan
pemikiran dengan bahasa yang simbol untuk menuangkan gagasan dan kedalaman
pikirannya. Seni merupakan fithrah manusia, jadi tidak di benarkan bahwa seni
tidak boleh masuk dalam kehidupan, bahkan dengan seni bisa membuat hidup lebih
ceria, lebih berbudaya, dan melalui pendekatan seni bisa memberikan dakwah
Islam ke nusantara.
Islam tidak harus dengan
bahasa Arab kemudian mengubah budaya Indonesia hingga memunculkan Arabisasi. Budaya
merupakan seni yang harus tetap hidup dan berkembang sesuai dengan wilayah dan zamannya.
Saat ini garapan film-film Indonesia dari insan-insan seni sudah memberikan
warna untuk mengimajinasikan tokoh-tokoh fenomenal bangsa, hal ini merupakan
inspirasi tentunya dengan mengupas tokoh seperti Ir. Soekarno, Kyai Hasyim Asyari
dan Ahmad Dahlan, dan lain-lain sebagainya. terlepas dari pro dan kontra
masyarakat yang beredar tapi setidaknya hasil dari industri film tanah air
sudah mulai mengarah kepada hal yang bersifat kritik yang konstruktif, lihatlah
misalnya film di Timur Matahari, mengisahkan tentang budaya yang ingin perdamaian
bisa terwujud dari budaya perang yang selama ini mengakar dalam tradisi
hidupnya. Kemudian ada lagi film seperti Laskar Pelangi, Negeri Lima Menara, Alangkah
Lucunya Negeri Ini, Di Bawah Lindungan Kabbah, hal ini menunjukkan bahwa semangat untuk
struktur perubahan dalam etika sosial, nalar agama, dan ketertinggalan maupun
ketidak pedualian terhadap mereka yang jauh di perbatasan negeri ini mampu kita
lihat dengan seksama tentang kebutuhan mereka yang tidak hanya sebatas
pengakuan wilayah bahwa mereka hidup di wilayah kesatuan negara republik
Indonesia, tapi bagaimana kepedualian itu di bangun dari Sabang sampai Merauke.
Jika kita berbicara
lebih luas maka seni merupakan cara mengolah kehidupan untuk menjadi sukses,
terhormat, mencair dan mulia. Sunan Kalijaga telah mampu menjadikan wayang
sebagai media dakwah dalam Islamisasi di Pulau Jawa. Rasullah saw pernah
bersabda:
"Innallaha
jamilun yuhibbul jamal" Artinya : Allah itu
Maha indah dan Dia mencintai keindahan
Dalam al Quran juga
menyimpan filosofis yang sangat tinggi jika di pelajari, bagaimana tidak bahwa
nilai seni, yang merupakan sastra dan gaya bahasa al Quran yang luar biasa,
bahasa yang mudah di pahami. Hal inilah yang menurut Qoraish Sihab bahwa al
Quran ibarat mutiara yang tidak ada ujungnya, selalu memberikan inspirasi,
tidak pernah usai untuk melakukan penelitian kedalaman bahasa, makna, dan seni
di dalamnya. Kembali Allah SWT dalam al Quran menyebutkan.
"Sesungguhnya jika manusia dan
jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain".
(QS. Al-Isra’ :88)
Seni merupakan bagian
yang menyatu dalam kehidupan, dengan mengedepankan seni yang berakal, berbudaya
serta beragama, maka sesuatu hal yang seolah tegang dan kaku dalam berpikir,
bisa mencair dan membentuk sebuah pola baru dalam menemukan dan mengurai makna
kepada banyak orang. Seni tidak akan mencari musuh dalam kehidupan karena ia
adalah sesuatu hal yang netral, hanya orang-orang pecandu seni ini lah yang
membuat ia menjadi buruk dan kurang mendapat tempat yang netral, atau juga bagi
orang yang mengkritik seni sebagai bagian dari kehidupan namun tidak memberikan
arti dan icon seni yang berbudaya. Seni akan senantiasa tetap hidup dan menjadi
media yang saling merangkul dan membesarkan, ia akan berubah menjadi bahasa
yang konstruktif, nilai yang edukatif, dan meretas jalan kebekuan ijtihad bagi
dunia Islam itu sendiri. Peran seni ini akan membuat sesuatu hal yang
sulit menjadi mudah, bahasa yang keras menjadi lembut, dan yang jauh menjadi
dekat. Tafakkkaru.
*Penulis Adalah
Institute for Multiculuralism and Pluralism Studies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar