Senin, 03 Februari 2014

Kekerasan Tidak Ada Tempatnya di Setiap Agama




Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan ajaran setiap agama yang tertuang dalam kitab sucinya senantiasa menampilkan kemahalembutan, termasuk di dalam Al Quran di mana kalimat arrahim (penyayang) terulang ratusan kali. Nabi Muhammad juga terkenal sebagai pribadi lembut. Lalu  kenapa umat menampilkan karakter yang keras.

 “Jadi kekerasan itu tidak ada tempatnya dalam setiap agama, termasuk Islam,” tegas Nasaruddin pada Dialog Tokoh Lintas Agama yang dihadiri pemuka dan tokoh agama provinsi Jambi di kediaman Gubernur Jambi, Jumat (31/01/2014). 

Menurut dia, selama ini kita beragama terlalu maskulin. Maskulin identik dengan ketegaran. Padahal Tuhan bagi semua agama adalah identik dengan the mother not the father, penuh kelembutan bukan keperkasaan (kekerasan). 

Nasaruddin mengatakan salah satu cara merukunkan agama adalah mendalami agama masing-masing secara mendalam. “Semakin tinggi mempelajari agama masing-masing maka akan berjumpa banyak persamaan dengan agama lain,” ujar Wamenag.

Menurut dia saat ini diperlukan UU untuk melindungi kelompok minoritas. Baginya, terlalu berlebihan munculnya penolakan atas penerbitan UU ini. Padahal kita memiliki niat luhur mempersatukan yang berserak untuk dilindungi. “Untuk itu dibutuhkan UU  dan ketentuan,” tukasnya. 

Menurut Wamenag, pendirian rumah ibadah, penggunaan simbol-simbol agama menjadi sekian permasalahan yang ada dalam konteks kehidupan umat beragama bangsa saat ini. “Semakin berjarak antara tokoh agama dengan umatnya, maka sebagai tokoh agama kita gagal,” terang dia. 

Saat ini, tren kebangkitan agama terus berkembang dengan indeks positif khususnya di Indonesia, indikasinya adalah nyaris tidak ada gereja yang kosong ini adalah indikasi positif. “Berbeda dengan di belahan dunia Barat yang sudah kosong ditinggalkan umatnya atau beralih fungsi jadi tempat komersial,” ujar dia.

Sumber: Kemenag.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar