Kerukunan antar umat beragama di
Indonesia sudah ada dan terbangun sejak lebih dari 600 tahun yang lalu.
Demikian dikatakan Menteri Agama
Suryadharma Ali saat berkunjung ke Klenteng Sam Po Kong, Semarang, Senin (03/02/2014).
“Kerukunan antar umat beragama
sejak 600 tahun yang lalu sudah terbangun di Indonesia. Inilah yang sebetulnya
ingin digali, bahwa budaya rukun itu ternyata sudah terbangun ratusan tahun
lalu,” ucap Menag.
Suryadharma menambahkan bahwa
budaya rukun sudah ada dan berkembang di berbagai pelosok daerah. Ini ditandai dengan
adanya istilah-istilah khusus yang
mencerminkan berkembangnya budaya kerukunan.
“Di Maluku ada Pela Gandong. Di
Papua, Satu Tungku Tiga Batu. Di Sulawesi Tengah, Losarara Losabatutu, lalu di Sulawesi Utara
ada istilah Kitorang Basudara. Ini adalah budaya-budaya kerukunan yang luar
biasa dan muncul sejak dulu,” terangnya.
Menurut dia budaya-budaya
tersebut telah terbangun di masyarakat Indonesia sejak dulu. “Bahkan, kalau
kita tarik lagi ke belakang, Panglima Cheng Ho sejak 600 tahun yang lalu sudah
membawa semangat kerukunan antar umat beragama,” tegas Menag.
Setelah sebelumnya mengunjungi
Klenteng Tay Kak Sie, Menag mengaku berkunjung ke Klenteng Sam Po Kong untuk membangun
kerukunan antar umat beragama, selain mendapatkan informasi mengenai sejarah
perjalanan Laksamana Zheng He atau Cheng Ho dari negeri China sampai Indonesia.
Diinformasikan bahwa saat itu, Cheng Ho
datang besarta pasukannya yang dalam bahasa China disebut cimongan,
lalu masyarakat Jawa menyebutnya semarang.
Waktu itu, kisah Menag,
masyarakat Semarang umumnya beragama hindu dan budha. Namun demikian, Cheng Ho
datang kemari tanpa menimbulkan konflik sama sekali. “Tidak ada pertumpahan
darah. Jadi banyak pelajaran yang bisa kita dapat dari kedatangan Cheng Ho,”
ucap Menag.
“Cheng Ho tidak hanya dihormati
masyarakat muslim saja, tetapi juga Tionghoa, umat Buddha, Tao, dan juga
Konghuchu,” imbuhnya.
Ia mengatakan kunjungannya ini
untuk mempelajari sejarah. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih mengerti
sejarah Islam di Indonesia. Selain itu juga dapat mengerti hubungan antara
bangsa Indonesia dengan bangsa Tiongkok.
“Ternyata kita mempunyai jalinan
hubungan yang sudah sangat lama,” tutupnya.
Sumber: Kemenag.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar