Minggu, 30 Juni 2013

Survei: Partai Islam Krisis Kepemimpinan



Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, pertarungan calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pemilu 2014 diperkirakan tidak akan menampilkan satu pun tokoh dari partai Islam. Partai Islam dan tokohnya hanya menjadi pelengkap dalam peta koalisi capres.

Menurut Adjie, dari penelitian LSI, tokoh dari Partai Islam dalam bursa capres kalah jauh dibandingkan partai nasional. Partai nasional mampu menempatkan empat tokohnya dalam urutan teratas terkait dukungan suara. Keempatnya adalah Megawati Soekarnoputri (20,7 persen) dari PDI-Perjuangan, Aburizal Bakrie (20,3 persen) dari Partai Golkar, Prabowo Subianto (19,2 persen) dari Partai Gerindra, dan Wiranto (8,2 persen) dari Partai Hanura.

Sedangkan capres dari partai Islam, kata dia, hanya mendapatkan tempat di peringkat kelima, yakni Hatta Rajasa (6,4 persen) dari Partai Amanat Nasional. Selain itu, tokoh partai Islam lainnya bahkan tidak mampu meraih dukungan sampai 5 persen. Mereka hanya berkutat di perolehan suara sekitar 1 persen seperti Suryadarma Ali (1,9 persen) dari PPP, Anis Matta (1,1 persen) dari PKS, dan Muhaimin Iskandar (1,6 persen) dari PKB.

Adjie menuturkan lemahnya dukungan figur partai Islam bukan hanya terjadi pada posisi capres, tetapi juga cawapres. “Dari empat kandidat cawapres terkuat, hanya terdapat satu tokoh partai Islam,” imbuhnya.
Keempat tokoh itu adalah Joko Widodo (35,2 persen) dari PDI-Perjuangan, Jusuf Kalla (21,2 persen) dari Partai Golkar, Hatta Rajasa (17,1 persen) dari Partai Amanat Nasional, dan Mahfud MD (15,1 persen) dari kelompok non-partai. Sementara itu, tokoh dari Partai Islam lainnya masih di bawah 5 persen dukungan sebagai cawapres yakni Suryadarma Ali (2,9 persen), Anis Matta (1,9 persen), dan Muhaimin Iskandar (2,2 persen).

Lebih lanjut, kurangnya pamor tokoh Islam juga paralel dengan perolehan suara partainya. Temuan survei LSI pada Maret 2013 menunjukkan, tak ada satu pun partai Islam berada di empat besar perolehan suara. “Semua partai Islam yang telah dinyatakan lolos sebagai peserta pemilu oleh KPU yaitu PPP, PKB, PAN, dan PKS hanya memperoleh dukungan di bawah 5 persen,” ungkapnya.

Adapun survei ini dilakukan pada tanggal 1-8 Maret 2013 dengan menggunakan metode multistage random sampling. Jumlah responden yang digunakan yakni 1.200 orang yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data dilakukan dengan proses wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner. Survei juga dilengkapi dengan riset kualitatif seperti focus group discussion, indepth interview, dan analisis media. Sementara itu, margin of error mencapai +/- 2,9 persen.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Sabtu, 29 Juni 2013

Pemimpin Harus Menjadi Teladan



Saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami disorientasi (kehilangan arah) akibat kehilangan keteladanan para pemimpinnya. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Ditjen Bimas Islam, Muhammadiyah Amin dalam sambutannya pada ‘Dzikir dan Istighasah Akbar’ sebagai puncak kegiatan aksi sosial bertajuk “Satu Hati untuk Semua”.

Karena itu, Amin berharap agar semua menjadi teladan. “Kita semua (masing-masing) harus menjadi teladan bagi orang lain,” kata dia.
Menurut dia, Islam adalah humanisme teosentrik. Yakni seperangkat nilai keberagamaan yang sangat mementingkan manusia sebagai tujuan sentralnya. Nilai dasar Islam memang memusatkan dirinya pada keimanan kepada Tuhan, tetapi sesungguhnya ia mengarahkan perjuangannya untuk kemuliaan peradaban manusia.

“Di sinilah Islam sangat mementingkan akhlak mulia, sebagaimana Rasulullah SAW  telah mengingatkan akan keberadaannya. Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,” ungkapnya mengutip Hadis Nabi.

Dengan demikian, kata dia, merupakan sebuah kemestian bagi kita untuk terus bahu-membahu membentuk dan menjaga akhlak warga bangsa ini di semua lini kehidupannya.

Lebih jauh ia mengatakan, para pelaku pendidikan dan dakwah, sejatinya tidak lagi hanya berkutat pada transfer of knowledge, memindahkan pengetahuan dari kepala ke kepala, tetapi lebih memusatkan pada kemanusiaannya (man centered), terutama dengan keteladanan. Sehingga, pembentukan karakter (character building) pada masyarakat akan lebih mungkin terbentuk.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Jumat, 28 Juni 2013

Izin Biro Haji dan Umroh Nakal Akan Dicabut

 


Kementerian Agama akan mencabut izin biro perjalanan ibadah haji dan umroh nakal yang karena perbuatannya membuat jamaah batal berangkat atau terkatung-katung tidak jelas. “Itu memang problem yang telah terjadi beberapa kali,” kata Menteri Agama Suryadharma Ali, Sabtu.

Menag mengatakan hal itu usai peletakan batu pertama pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilun, Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Lebih lanjut, Suryadharma mengatakan, Kemenag bertindak tegas dengan meminta kepada pihak kepolisian untuk mengusut biro-biro perjalanan haji maupun umroh yang menelantarkan jamaah. “Ini dilakukan supaya ada efek jera dan tidak terulang lagi di tahun-tahun berikutnya,” ungkapnya.

Menurut dia, saat ini, tidak hanya ada biro-biro perjalanan haji yang merugikan jamaah tetapi juga ada perusahaan-perusahaan penyelenggara perjalanan umroh yang merugikan jamaah. “Kemenag akan mencabut izinnya. Sekali lagi, saya minta kepolisian untuk mengusutnya,” imbuhnya.

Sebelumnya, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Provinsi Gorontalo, Elnino Mohi, Rabu (13/3), mengatakan, telah meminta pihak Kementerian Agama untuk menertibkan proses perizinan ibadah umroh dilakukan sejumlah agen perjalanan.

Menurut dia, DPD juga meminta agar pihak Kemenag bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri untuk menghentikan seluruh proses pengurusan umroh, kecuali yang difasilitasi oleh penyelenggara “provider” umroh yang telah mengantongi izin resmi dari pihak Kemenag.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 27 Juni 2013

Indonesia Butuh Pemimpin dengan Gagasan Besar


 

Indonesia membutuhkan pemimpin, yang tidak hanya mengandalkan sosok, namun juga mampu memunculkan gagasan besar. Hal itu diungkapkan staf khusus presiden bidang pembangunan daerah dan otonomi daerah Velix Wanggai.

“Tidak hanya siapa figurnya, tapi juga apa gagasan yang dibawa olehnya,” kata Velix dalam acara malam anugerah “The Right Man on The Right Place” di Jakarta pada Minggu.
Velix mengutip pernyataan Presiden, yang berharap media dapat memunculkan tokoh alternatif, yang memiliki gagasan untuk memajukan Indonesia.

Ia mengatakan Indonesia mengalami krisis kepemimpinan setelah masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014. “Ada krisis kepemimpinan, siapa nanti pengganti SBY? Media berperan memberikan ruang kepada tokoh alternatif agar kita tidak terjebak dengan memilih pemimpin seperti membeli `kucing dalam karung`,” ungkapnya.

Sementara itu, ketua pelaksana acara tersebut, Oddy Karamoy, mengatakan Indonesia haus akan tokoh bermutu. “Ke depan, bangsa ini harus punya lebih banyak sosok yang tepat dan berkompeten, yang berada di tempat yang tepat,” kata Oddy.

Lensa Indonesia menghelat malam anugerah “The Right Man on The Right Place” untuk memberikan penghargaan kepada tokoh yang dianggap berkompeten dan menjadi pembuat berita dalam kurun waktu setahun terakhir.

Beberapa tokoh yang mendapat penghargaan dalam acara tersebut di antaranya tokoh sepak bola 1970-an Johanes Auri, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Ketua KPK Abraham Samad, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Kemas Danial, Anggota Komisi VII DPR Satya Widya Yudha, pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 26 Juni 2013

BNPT: Perampok Toko Emas Terkait Jaringan Teror Besar


 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen Pol (Pur) Ansyaad Mbai, menyebut kawanan pelaku perampokan toko emas Terus Jaya di Tambora, Jakbar, yang ditangkap pada Jumat (15/3/2013) terkait dengan jaringan teroris besar di Indonesia.

“Iya itu terkait jaringan teroris lain. Satu orang dari yang ditangkap itu buronan perampokan Bank CIMB Niaga Medan tahun 2010 lalu,” kata Ansyaad Sabtu (16/3/2013)
Mereka diduga melakukan kegiatan perampokan untuk membiayai serangkaian aksi teror di berbagai daerah di Indonesia. Mereka merampok toko emas untuk membiayai serangkaian aksi teror di Indonesia.
“Mereka terkait juga dengan kelompok Solo, Beji, Poso, Makassar. Mereka memang bagian jaringan besar,” ujarnya.

Semangat untuk kegiatan terorisme ini, jelas Ansyaad, karena terinspirasi dari buku-buku yang ditulis para pemimpin teroris. “Pimpinan teroris ini, terus menyerukan untuk berjihad dan memusuhi pemerintah, menyebarkan kebencian untuk pemerintah,” imbuh dia.
Ansyaad mengatakan seruan jihad itu disebarkan oleh para ideolog teroris melalui buku-buku. Para pemimpin teroris ini, meski dari penjara, tetap menulis buku untuk menyebarkan semangat terorisme. “Dalam penjara pun mereka ini terus bikin buku,” ujarnya.

Makmur (M), salah satu dari tujuh pelaku perampokan toko emas di Tambora, Jakarta Barat, yang ditangkap di Bekasi,  diketahui terlibat kasus bom Beji yang meledak di Depok, Jawa Barat, dan juga perampokan di Bank CIMB Niaga di Medan. M ditembak mati polisi karena melawan saat akan diciduk. (fs)

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 25 Juni 2013

Polisi Telusuri Jaringan Teror Kawanan Perampok Toko Emas


 

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Suhardi Alius mengatakan, tujuh perampok toko emas Terus Jaya di Jalan Jembatan II RT 08/01, Angke, Tambora, Minggu, 11 Maret lalu, diduga terkait jaringan terorisme. Namun, polisi belum dapat memastikan asal jaringan kelompok teror dan peran mereka.

“Masih didalami. (Teroris) Tambora dan Bekasi muaranya sama, ajarannya sama, mungkin kelompok Solo dan Madiun. Masih diselidiki peran setiap orangnya,” kata Suhardi dalam jumpa pers di Markas Besar Polri, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).

Suhardi menambahkan, polisi sedang mendalami motif dari tujuh terduga teroris itu merampok toko emas. Namun, perampokan dari toko emas tersebut dapat dipastikan sejalan dengan konsep fai’ (penggalangan dana untuk kegiatan jihad).

“Ini penerapan konsep fai’. Pengembangan resmob ada informasi tersebut karena begitu digerebek ada barang bukti bom, senjata, dan sebagainya. Ini artinya curian emas itu adalah pelaksanaan konsep fai’,” ujarnya.

Salah satu dari tujuh pelaku perampokan di toko emas di Tambora, Jakarta Barat, yang ditangkap di Bekasi. Pelaku berinisal M itu diketahui terlibat kasus bom Beji yang meledak di Depok, Jawa Barat, dan juga perampokan di Bank CIMB Niaga di Medan beberapa waktu lalu. M ditembak mati polisi karena melawan saat akan diciduk.

Selain M, Kodrat alias P dan A juga ditembak mati. Adapun mereka yang ditangkap masing-masing berinisial Togok alias A, H, S, dan Giting. Barang bukti yang disita dari para tersangka berupa lima pucuk senjata api rakitan, peluru kaliber 9 mm, 34 butir, 14 bom pipa, 2 sepeda motor, dan emas 1 kilogram.

Perampokan toko emas Terus Jaya terbilang nekat. Pelaku membawa senjata api dan melukai karyawan toko. Mereka menggasak 1,5 kilogram emas dan uang tunai Rp 500 juta. (fs)

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 24 Juni 2013

Polri Minta Kemenkominfo Blokir Situs Bom


 

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika agar memblokir situs internet yang berisi panduan merakit bom. Pasalnya, pelaku teror yang dibekuk polisi akhir-akhir ini belajar membuat bom secara otodidak dari situs internet.
Hal tersebut disampaikan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Suhardi Alius terkait penangkapan kawanan perampok yang diduga terkait jaringan teroris di Jakarta dan Bekasi pada Jumat (15/3/2013).

“Pelaku tidak lagi secara fisik berlatih membuat bom. Kemenkominfo bisa memverifikasi, mengecek, dan menyeleksi dengan baik situs yang memuat panduan membuat bom. Konten yang isinya seperti itu agar tidak tersebar ke masyarakat karena kecenderungannya mereka belajar dari situ,” kata Suhardi di Jakarta, Sabtu (16/3/2013).

Ia menambahkan, para pelaku teror membuat bom secara otodidak karena mereka kini terdiri dari sel-sel kecil. Hal itu berbeda dengan para pelaku teror terdahulu yang bergerak atas instruksi langsung dari atasan. Pelaku teror sekarang merencanakan teror atas inisiatif sendiri.
“Pola terorisme ini tidak direktif dari atasannya, top down, tapi sekarang parsial. Kelompok ini langsung bicara dan memutuskan eksekusi, tanpa menunggu perintah dari amir atau pimpinannya. Ini yang perlu diwaspadai,” tegasnya.

Selain itu, kata Suhardi, ketersediaan bahan dasar pembuat bom mudah didapat di pasar. Hal tersebut semakin memudahkan akses bagi kelompok teror merencanakan aksinya. Polri sedang berkonsentrasi pada hal ini dengan penelurusan penjualan bahan pembuat bom. “Penjualan pupuk yang jadi bahan pembuat bom jadi konsen kami. Kami sedang cari cara mereduksi untuk hal ini,” terangnya.
Selain itu, menurut Suhardi, buku-buku yang berisi ajakan teror harus diwaspadai bersama. Informasi dalam buku yang provokatif, kata dia, harus disensor untuk meminimalisasi teror. Pihak yang terkait langsung dengan hal itu, yaitu alim ulama dan lainnya harus berperan aktif memberikan pencerahan terhadap isi buku.

Sebelumnya diberitakan, Makmur (M), salah satu dari tujuh pelaku perampokan di toko emas di Tambora, Jakarta Barat, yang ditangkap di Bekasi, diketahui terlibat bom Beji yang meledak di Depok, Jawa Barat September 2012. Pelaku juga berkaitan dengan perampokan di Bank CIMB, Medan, beberapa waktu lalu.

M ditembak mati polisi karena melawan saat akan diciduk. Selain M, Kodrat alias P dan A juga ditembak mati. Sementara itu, mereka yang ditangkap masing-masing berinisial Togok alias A, H, S, dan Giting. Adapun barang bukti yang disita dari para tersangka, yakni 5 senjata api rakitan, peluru kaliber 9 mm 34 butir, 14 bom pipa, 2 sepeda motor, dan emas 1 kilogram. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Jumat, 21 Juni 2013

16 Maret 1968: Pembantaian My Lai di Vietnam

 
Saat perang Vietnam berkecamuk, Provinsi Quang Ngai di Vietnam Selatan dicurigai menjadi tempat perlindungan kelompok gerilyawan Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat dan kelompok lainnya dari Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam (FNPV), yang juga disebut sebagai “Viet Cong” oleh pasukan-pasukan Amerika Serikat (AS) dan simpatisan mereka.

Pada Januari 1968, Batalyon ke-48 dari FNPV melakukan serangkaian serangan di Quang Ngai. Intelijen militer AS menyimpulkan bahwa Batalyon ke-48, setelah mengundurkan diri, berlindung di desa Son My. Sejumlah kampung tertentu di desa itu –yang dinamai sebagai My Lai 1, 2, 3 dan 4— dicurigai melindungi anggota Batalyon tersebut. Pasukan AS merancang serangan besar-besaran terhadap kampung itu.

Namun saat hari penyerbuan, 16 Maret 1968, pasukan AS tidak menemukan pasukan “Viet Cong” di kampung itu. Namun karena ada instruksi untuk menghancurkan kampung tersebut, pasukan yang dipimpin oleh Letnan William Calley membunuh ratusan warga sipil. Sebagian disiksa atau diperkosa. Tidak ada informasi pasti berapa jumlah korban tewas dalam pembantaian. Sebuah tugu peringatan di kampung May Lai mencantumkan 504 nama.

Kebanyakan dari para perwira yang terlibat dalam pembantaian ini tidak mendaftar lagi di angkatan bersenjata. Dari ke-26 orang yang awalnya dikenai dakwaan, hanya Letnan William Calley yang dinyatakan terbukti bersalah dan sempat menjalani hukuman penjara meski lantas dibebaskan.

Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 20 Juni 2013

Pola Komunikasi Teroris Berubah


 

Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Sutarman mengakui ada perubahan dalam komunikasi kelompok-kelompok teroris di Indonesia. Para terduga teroris itu kini tidak lagi menggunakan alat komunikasi modern.

“Kalau ada apa-apa, mereka kirim kurir. Berkoordinasi dilakukan dengan bertemu di satu tempat, tidak lagi lewat internet,” kata Sutarman di lokasi penggerebakan terduga teroris di Bekasi, Jumat 15 Maret 2013.

Selain itu, imbuhnya, kelompok teroris juga kini tidak hanya bergerak dengan menyerang personel keamanan dan tempat-tempat umum. “Mereka juga melakukan langkah sosial politik,” tegasnya.
Meski tak menjelaskan apa yang dimaksud dengan langkah sosial politik itu, Sutarman lalu mengaitkan dengan wacana pembubaran Datasemen Khusus 88. Isu pembubaran ini muncul setelah beberapa organisasi Islam mengirimkan video berisi penyiksaan terhadap terduga teroris.

“Wacana pembubaran Densus 88 itu keliru. Kami sudah coba jelaskan,” kata dia.
Menurut Sutarman, jaringan terorisme telah menyalahgunakan agama untuk kepentingan mereka sendiri. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 19 Juni 2013

Perampok Toko Emas Terkait Jaringan Teroris Medan


 

Mabes Polri menyatakan kawanan perampok toko emas Terus Jaya di Tambora, Jakarta Barat yang ditangkap di Jakarta dan Bekasi terkait dengan jaringan teroris Medan, Sumatera Utara. Kelompok Medan sebelumnya melakukan perampokan sebagai pelaksanaan fai’ (penggalangan dana untuk kegiatan teror) di Bank CIMB Niaga, Medan, Sumatera Utara 2010.

“Sementara tersangka Makmur yang dicurigai dan diduga kuat memiliki jaringan kelompok pelaku perampokan di sebuah Bank di Sumut,” kata Kabirpenum Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafly Amar dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat 15 Maret 2013.

Namun demikian, Boy belum dapat memastikan apakah jaringan tersebut juga terkait dengan kelompok teroris di Aceh. “Apakah M atau yang lain belum dipastikan. M berkait dengan yang di Medan dan Jakarta. Aceh belum bisa dikatakan,” kata Boy.

Mengenai peran M dalam perampokan di toko emas pada 10 Maret 2013 yang lalu, Boy belum bisa menjelaskannya. Dia masih menunggu hasil pemeriksaan terlebih dahulu. “Dari 7 orang ini akan terungkap kalau pemeriksaan sudah selesai,” ucapnya.

Kepolisian meringkus tujuh terduga teroris di Jakarta dan Bekasi dari 10 Maret sampai dengan 15 Maret 2013. Empat kawanan yang tertangkap dalam kondisi hidup dan 3 orang lainnya meninggal dunia. (fs)

Sumber: Lazuardi Birru

Bahtsul Masail NU Soroti Gizi Anak

 
Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) menggelar diskusi halaqah syahriyah (diskusi bulanan) bertajuk ”Pentingnya Gizi dalam Menciptakan Generasi Berkualitas” di gedung PBNU, Jakarta, Kamis, 14/3/2013.

Secara resmi acara dibuka Sekretaris Jendaral PBNU H Marsudi Syuhud. Turut hadir sebagai pembicara, Katib Aam PBNU KH Malik Madani, guru besar Fakultas Ekologi Manusia IPB Hardinsyah, Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN Indra Wardana Ketua KPAI Badriyah Fayumi, Kepala Seksi Standarisasi Bina Konsumsi Makanan Direktorat Bina Gizi Titin Suhartini.

Ketua panitia Zulfa Mustofa mengatakan, persoalan gizi penting mendapat sorotan dari sudut pandang Islam. Ajaran dan lintasan sejarah Islam menunjukkan bahwa agama samawi ini sangat memperhatikan kebutuhan fisik demi terciptanya generasi berkualitas.

Menurut Zulfa, masa kecil Rasululah dilalui secara sempurna karena mendapat asupan ibu susuan dari kabilah yang terkenal berkecukupan secara gizi. Umar bin Khattab, saat menjadi khalifah, juga pernah mengeluarkan kebijakan subsidi untuk ibu dan balita usia di bawah dua tahun. Umar menganggap, kebutuhan fisik sejak dini harus tercukupi. ”Karena itu penting pemerintah memperhatikan persoalan gizi,” katanya.

Marsudi dalam ceramah pembukaannya menggarisbawahi, semua masalah yang dibahas untuk keperluan mencegah aspek bahaya (daf’un dlararah) digolongkan jihad. Hal ini dijelaskan dalam kitab yang lazim dikaji pesantren, Fathul Mu’in.

Forum halaqah ini diikuti oleh sekurangnya 35 peserta yang berasal dari pengurus LMBNU, civitas akademika kampus, anggota Muslimat NU, anggota Fatayat NU. Mereka mendiskusikan kualitas sumber daya manusia Indonesia, tertauma terkait kesehatan anak, usia ideal pernikahan, reproduksi, dan lain-lain.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 18 Juni 2013

Delapan Napi Terorisme Dipindahkan ke Nusakambangan


 

Delapan napi kasus terorisme dipindahkan dari Rumah Tahanan Salemba ke Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (15/3/2013). Kedelapan napi kasus terorisme ini diangkut menggunakan dua mobil Isuzu Elf dan dikawal ketat oleh personel Densus 88 Antiteror yang menumpang dua mobil Nissan Terano.

Sesampainya di Dermaga Wijayapura (tempat penyeberangan menuju Pulau Nusakambangan), Cilacap, satu per satu napi kasus terorisme yang tangannya diborgol, kaki dirantai, dan menggunakan penutup wajah ini diturunkan dari mobil. Mereka selanjutnya berjalan menuju Kapal Pengayoman III yang akan menyeberangkannya ke Dermaga Sodong di Pulau Nusakambangan.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Batu, P Kunto Wiryono mengatakan, kedelapan napi tersebut untuk sementara ditempatkan di Lapas Batu.
“Nantinya, setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, sebagian napi ditempatkan di Batu, lainnya didistribusikan ke Lapas Kembang Kuning dan Permisan,” kata dia yang juga Koordinator Lapas Se-Nusakambangan dan Cilacap.

Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak empat napi kasus terorisme ditempatkan di Lapas Batu, yakni Bayu Seno bin Sulardi yang divonis 11 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat karena dalam kasus bom Marriot dan Ritz Carlton pada 2009 dan pelatihan militer Aceh, Hendra Ali bin Maskur divonis delapan tahun penjara oleh PN Jakarta Barat karena terlibat pelatihan militer Aceh, Joko Sulistyo bin Suharno divonis 14 tahun penjara oleh PN Jakarta Barat karena terlibat pelatihan militer Aceh, dan Wahyudi bin Yanto divonis 12 tahun penjara oleh PN Jakarta Selatan dalam kasus Palembang.

Sementara napi yang akan ditempatkan di Lapas Kembang Kuning, yakni Ali Azhari bin Paryono yang divonis tujuh tahun penjara oleh PN Jakarta Barat dalam kasus pelatihan militer Aceh dan Ali Umar Yusuf bin Abdulah divonis 11 tahun penjara oleh PN Jakarta Barat dalam kasus pelatihan militer Aceh.
Sedangkan yang ditempatkan di Lapas Permisan terdiri Deni Sulaiman bin Sukiman yang divonis delapan tahun penjara oleh PN Jakarta Barat dalam kasus pelatihan militer Aceh dan Deni Suhendra bin Abdul Rosyid divonis delapan tahun penjara oleh PN Jakarta Barat dalam kasus pelatihan militer Aceh. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Perangi Narkoba, BNN Laksanakan One Day Training

 
Badan Narkotika Nasional melakukan advokasi pelatihan kader antinarkoba di lingkungan Media Group. BNN melaksanakan kegiatan ‘one day training’ kepada 80 peserta dari Media Group, Media Indonesia dan Metro TV, mengenai pentingnya kekuatan bersama dalam memerangi narkoba. Hal tersebut bertujuan agar peserta mampu mengimplementasikan pengetahuan dan pengembangan kepribadian, sebagai kader anti narkoba.

Kepala BNN Irjen Polisi Anang Iskandar mengatakan, saat ini tingkat pecandu narkoba baru bisa ditekan dari jumlahnya yang terus meningkat. Menurut Anang, penyalahgunaan dan peredaran narkoba menggerogoti seseorang karena pola hidup yang tidak teratur. Tingkat kesibukan dan kepenatan kerja yang tinggi menyebabkan narkoba mudah masuk.

Anang menambahkan, awalnya narkoba masuk dalam kehidupan seseorang dimulai dengan rayuan dan bujukan. Bagi pecandu narkoba jeratan hukum adalah momok yang menakutkan.

Menurut Anang, saat ini yang terpenting adalah melakukan pengawasan dan pendekatan agar mampu membawa pecandu narkoba kepada hal yang positif. Pada acara ini, Anang mengatakan, BNN akan melakukan scaning semua tempat peredaran narkoba, seperti di perbatasan Indonesia dengan Timor Timur dan Papua Nugini.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 17 Juni 2013

Polri Minta Kemenkominfo Blokir Situs Bom


 

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika agar memblokir situs internet yang berisi panduan merakit bom. Pasalnya, pelaku teror yang dibekuk polisi akhir-akhir ini belajar membuat bom secara otodidak dari situs internet.
Hal tersebut disampaikan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Suhardi Alius terkait penangkapan kawanan perampok yang diduga terkait jaringan teroris di Jakarta dan Bekasi pada Jumat (15/3/2013).

“Pelaku tidak lagi secara fisik berlatih membuat bom. Kemenkominfo bisa memverifikasi, mengecek, dan menyeleksi dengan baik situs yang memuat panduan membuat bom. Konten yang isinya seperti itu agar tidak tersebar ke masyarakat karena kecenderungannya mereka belajar dari situ,” kata Suhardi di Jakarta, Sabtu (16/3/2013).

Ia menambahkan, para pelaku teror membuat bom secara otodidak karena mereka kini terdiri dari sel-sel kecil. Hal itu berbeda dengan para pelaku teror terdahulu yang bergerak atas instruksi langsung dari atasan. Pelaku teror sekarang merencanakan teror atas inisiatif sendiri.
“Pola terorisme ini tidak direktif dari atasannya, top down, tapi sekarang parsial. Kelompok ini langsung bicara dan memutuskan eksekusi, tanpa menunggu perintah dari amir atau pimpinannya. Ini yang perlu diwaspadai,” tegasnya.

Selain itu, kata Suhardi, ketersediaan bahan dasar pembuat bom mudah didapat di pasar. Hal tersebut semakin memudahkan akses bagi kelompok teror merencanakan aksinya. Polri sedang berkonsentrasi pada hal ini dengan penelurusan penjualan bahan pembuat bom. “Penjualan pupuk yang jadi bahan pembuat bom jadi konsen kami. Kami sedang cari cara mereduksi untuk hal ini,” terangnya.
Selain itu, menurut Suhardi, buku-buku yang berisi ajakan teror harus diwaspadai bersama. Informasi dalam buku yang provokatif, kata dia, harus disensor untuk meminimalisasi teror. Pihak yang terkait langsung dengan hal itu, yaitu alim ulama dan lainnya harus berperan aktif memberikan pencerahan terhadap isi buku.

Sebelumnya diberitakan, Makmur (M), salah satu dari tujuh pelaku perampokan di toko emas di Tambora, Jakarta Barat, yang ditangkap di Bekasi, diketahui terlibat bom Beji yang meledak di Depok, Jawa Barat September 2012. Pelaku juga berkaitan dengan perampokan di Bank CIMB, Medan, beberapa waktu lalu.

M ditembak mati polisi karena melawan saat akan diciduk. Selain M, Kodrat alias P dan A juga ditembak mati. Sementara itu, mereka yang ditangkap masing-masing berinisial Togok alias A, H, S, dan Giting. Adapun barang bukti yang disita dari para tersangka, yakni 5 senjata api rakitan, peluru kaliber 9 mm 34 butir, 14 bom pipa, 2 sepeda motor, dan emas 1 kilogram. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Presiden: Demokrasi dan Islam Tak Perlu Dipertentangkan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia merupakan contoh bagi dunia yang menunjukan Islam dan demokrasi tidak bertentangan. Karena itu, kondisi seperti ini harus dipertahankan agar negara kita yang menjadi mayoritas beragama Islam ini tetap menjadi contoh bagi negara lain.
Hal tersebut diungkapkan SBY saat menerima Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis. “Islam dan demokrasi tidak perlu saling bermusuhan. Islam dan demokrasi bisa hidup damai dan juga dalam kehidupan masyarakat modern, dan dalam tatanan kehidupan dunia sekalipun,” kata SBY.

SBY mengucapkan terima kasih kepada rakyat Indonesia, dan para pemimpin umat yang telah berperan sehingga Indonesia kembali dianggap sebagai negara yang mampu menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam tidak bertentangan dengan demokrasi. “Itulah yang dianggap model bagi dunia tentang Indonesia,” imbuhnya.

Presiden menceritakan saat dirinya menghadiri Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kairo, Mesir bulan lalu yang dihadiri para kepala negara dan pemerintahan dari negara-negara Islam, baik dari Timur Tengah, Afrika dan Asia.

“Alhamdulillah setelah tuan rumah Presiden Mesir menyampaikan pidatonya, saya menyampaikan sambutannya, salah satu materi yang disampaikan itu adalah tentang nilai-nilai Islam yang tidak bertentangan dengan demokrasi,” ungkapnya.

Alhasil, kata SBY, pidato yang disampaikannya itu mendapat sambutan, bahkan siaran televisi setempat memutarnya berulang-ulang.[az]

Sumber= Lazuardi Birru

Jumat, 14 Juni 2013

LPOI Meminta Presiden Berantas Terorisme, Korupsi, dan Narkoba

Sejumlah organisasi masyarakat Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menyampaikan sejumlah masukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait pencegahan aksi terorisme, pemberantasan korupsi, dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba, di Istana Negara, Kamis (!4/3/2013).

“Pertama, untuk masalah narkoba, kami memohon kepada pemerintah agar mengeksekusi gembong narkoba dengan hukuman mati yang sudah diputuskan oleh pengadilan, dan tidak ada peninjauan kembali atau pertimbangan kembali yang akhirnya bisa mengurangi atau membebaskan gembong narkoba,” ujar perwakilan LPOI yang juga Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di Istana.
Said meminta agar Badan Narkotika Nasional (BNN) segera mengumumkan pengedar barang haram setiap kali menangkap, bukan hanya pemakainya. LPOI menyatakan siap bekerja sama dengan BNN tentang pemberantasan narkoba di Indonesia.

Kedua, lanjut Said, kepada kepolisian dan penegak hukum terutama KPK, LPOI meminta agar tidak tebang pilih atau takut dari intimidasi dan ancaman dari mana pun.
“Kami meminta kepada para hakim dari pengadilan khusus tindak pidana korupsi agar segera menindak dan memberikan hukuman bagi mereka yang korupsi berat. Selain itu juga meminta kepada Parpol dan DPR segera memecat para anggotanya yang terlibat korupsi dan merevisi UU Korupsi. Juga meminta hakim di pengadilan tipikor agar dapat memiskinkan para koruptor,” harapnya.

Kemudian mengenai terorisme, LPOI mendukung pemerintah untuk membasmi terorisme di Indonesia. LPOI akan segera melakukan kerja sama dengan BNPT untuk mencegah terorisme di Indonesia.
“Meminta kepada Kemenag dan Kemendagri dan Kemenlu untuk meninjau kembali MoU dengan yayasan-yayasan dari luar negeri. LPOI siap memberikan masukan tentang yayasan-yayasan tersebut,” paparnya.

LPOI menegaskan bahwa pihaknya tidak terpengaruh sedikit pun dengan gonjang ganjing politik. Gonjang ganjing yang terjadi itu urusan politik.

“Artinya, di belakang bapak presiden sampai 2014. Ormas tidak akan ikut campur masalah politik tapi yang penting politik kebangsaan, politik persatuan politik NKRI itu yang kita dukung. Urusan kekuasaan itu urusan parpol yang jelas kami selalu terus berada di atas konstitusi,” ungkapnya.

‪Ke-13 ormas tergabung dalam LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) itu yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Persis, Al-Irsyad al-Islamiyah, al-Ittihadiyah, Matlaul Anwar, Ar-Rabithah al-Alawiyah, al-Washliyah, Az-Zikra, Syarikat Islam Indonesia, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), IKADI, Perti, dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). (fs)

Sumber= Lazuardi Birru

Kamis, 13 Juni 2013

Masjid Tempat Bersatunya Peradaban

Masjid bantuan lembaga Qatar Charity diresmikan Walikota Depok Nurmahmudi Ismail. Peresmian ditandai dengan penyerahan kunci dan penandatanganan prasasti masjid.
Peresmian Masjid Al Mujahidin yang berlokasi di kelurahan Jatijajar, kecamatan Tapos, Depok dilaksanakan Jumat (15/3), dihadiri Direktur Qatar Charity Syekh Jasim Abdula, Kepala Kantor Kemenag kota Depok Nur Muhammad serta tokoh masyarakat.

Nurmahmudi mengatakan, masjid sebagai salah satu sarana pembinaan mental dan spiritual, juga melalui masjid diharapkan terbangun motivasi kemanusiaan. “Masjid juga sebagai tempat bersatunya peradaban kita,” kata Nurmahmudi, mantan Menteri Kehutanan ini.

Direktur Qatar Charity Syekh Jasim mengatakan, pembangunan masjid sebagai rumah ibadah sangat penting bagi masyarakat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pembangunan masjid yang menelan biaya mencapai Rp 1 Milyar, menurut Ketua DKM Al Mujahidin Adin S, merupakan hasil partisipasi pemerintah dan masyarakat, serta bantuan dari Qatar Charity sejumlah Rp 450 juta.[az]

Sumber= Lazuardi Birru

Perampok Toko Emas Diduga Jaringan Fai’


 

Kepolisian menangkap tujuh orang pelaku perampokan toko emas Terus Jaya di Tambora, Jakarta Barat, di dua lokasi berbeda, Jumat (15/3/2013). Mereka diduga jaringan fai’ (penggalangan dana untuk kegiatan teror).

“Polisi awalnya mengusut kasus ini sebagai tindakan kriminal perampokan yang disertai kekerasan. Tapi ternyata setelah ditelusuri lebih jauh mereka diduga komplotan teroris. Patut dicurigai fai’, tapi fakta itu masih perlu didalami lagi. Ini terkait penemuan bahan peledak,” terang Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di Mabes Polri Jakarta Selatan, Jumat (15/3/2013).
Tujuh orang tersebut ditangkap di dua lokasi berbeda. Di kawasan Teluk Gong, Jakarta Utara, polisi menangkap M (meninggal dunia) dan H. Di Mustika Sari Kecamatan Mustika Jaya Bekasi, polisi menangkap A (meninggal dunia), S, T, K, dan H (meninggal dunia). Dari tujuh orang tersebut, tiga di antaranya meninggal dunia.

“Empat yang tertangkap dalam kondisi hidup, tiga meninggal dunia. Sempat baku-tembak. Ada perlawanan (dari terduga teroris) terhadap petugas kami. Kemudian, dari mereka, sementara dari hasil identifikasi nama kita masih akan melakukan kroscek,” ujarnya.
Pencurian toko emas terjadi pada Minggu (10/3/2013) di jalan Tubagus Angke RT 8, RW 10, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Kawanan perampok itu terbilang nekat karena toko emas tersebut berlokasi tepat di seberang kantor Polsek Tambora. Dalam peristiwa itu, perampok menggasak emas 1,5 kg senilai Rp500 juta.

Dari lokasi penggerebekan, polisi mengamankan 5 senjata api rakitan jenis scorpion, 14 bom jenis pipa siap ledak, 34 butir peluru kaliber 9 milimeter, 2 sepeda motor, dan emas 2,5 kg. Dari 14 bom yang ditemukan, 1 bom diledakkan di lokasi sedangkan 13 lainnya dibawa ke laboratorium.
Keempat belas bom yang ditemukan di lokasi kejadian memiliki karakter serupa dengan bom yang meledak di sebuah rumah kontrakan yang menyaru sebagai Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara di Jalan Nusantara Kecamatan Beji Kota Depok Jawa Barat pada 8 September 2012.

Kepala Bareskrim Pol, Komjen Sutarman menegaskan, polisi tidak semata melihat kasus ini sebagai kasus perampokan. “Tapi juga pendanaan teroris Indonesia,” tegasnya.

Menurut dia, polisi saat ini sudah berhasil memutus aliran dana kelompok teroris dari luar negeri. Tapi mereka mencari uang di dalam negeri dengan cara-cara ilegal seperti merampok toko emas. (sf)

Sumber : Lazuardi Birru

Tangkal Radikalisme dan Terorisme, Aktivitas Ekstrakulikuler Sekolah perlu Ditingkatkan

Kelompok radikalis dan teroris sedang mengintai kaum muda. Sudah banyak bukti kasus yang memperlihatkan anak-anak usia muda menjadi korban sekaligus menjadi pelaku kekerasan sebagaimana dalam kasus Negara Islam Indonesia dan Terorisme.

Menurut mantan wakil gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, mencuatnya gerakan radikal dan teroris lebih dikarenakan mulai menipisnya benteng pertahanan dalam diri warga negara Indonesia. Dengan kata lain falsafat dan prinsip keindonesiaan tidak kembali dihayati dan diresapi.

Terkait dengan target sasaran kelompok radikalis dan teroris pada anak-anak muda, Dede Yusuf menyatakan bahwa kegiatan ekstrakulikuler sekolah dapat mengalihkan perhatian anak-anak muda dari ideologi radikalisme dan terorisme.

“Upaya pencegahan yang dilakukan salah satunya dengan menyibukkan para peserta didik dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler baik pramuka dan lain sebagainya. Dengan acara seperti, para pelajar diharapkan lebih paham lagi akan paham yang meresahkan di masyarakat sehingga tidak perlu diikuti” tutur Dede Yusuf.

Di samping peran sekolah, banyak juga kalangan yang menilai agar struktur sosial terkecil seperti keluarga perlu direvitalisasi. Diseminasi ideologi radikalisme dan terorisme yang menghantui kehidupan generasi muda Indonesia hanya akan terbendung jika orang tua turut memperhatikan anak-anak mereka. [Mh]

Sumber= Lazuardi Birru

Hasyim Muzadi Peringatkan Kemunculan Kembali Komunisme

 
Saat menjadi pembicara dalam sarasehan bertema “Mewaspadai Gejala Kebangkitan Komunisme di Indonesia” yang digelar STAIN Pamekasan, Selasa (12/3), Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan gerakan komunisme di Indonesia perlu diwaspadai karena bisa mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Maka berhati-hatilah mencari pemimpin di negeri ini, jangan sampai disusupi oknum berpaham komunis,” katanya. Menurut Hasyim, gerakan komunisme di Indonesia saat ini mulai sangat terasa dan hal ini mengancam keutuhan bangsa. “Saya sangat merasakan itu, akan tetapi saya tidak bisa membuktikan, karena saya bukan intelijen,” terangnya.

Empat pembicara dihadirkan dalam sarasehan itu, yakni Hasyim Muzadi, Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, pengurus Wakil Ketua Umum PBNU As’ad Ali dan staf ahli Kapolri Anton Tabah. Hasyim Muzadi sebagai pembicara utama membahas tentang “Perkembangan Komunisme Internasional dan Pengaruhnya di Indonesia”, sedangkan Wakapolri membahas tentang “Pengaruh Gerakan Komunisme terhadap Kelangsungan NKRI”.

As’ad Ali yang juga mantan Wakil Kepala BIN membahas tentang “Pengaruh Gerakan Komunisme di Indonesia terhadap Nahdlatul Ulama” dan Anton Tabah membahas tentang “Realitas Sejarah Gerakan Komunisme di Indonesia”. Tujuan diselenggarakannya sarasehan ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mengantisipasi upaya masuknya gerakan komunisme di Indonesia, menyusul banyak kejadian yang akhir-akhir ini mengancam keutuhan NKRI. [Mh]

Sumber= Lazuardi Birru