Kelompok radikalis dan teroris sedang
mengintai kaum muda. Sudah banyak bukti kasus yang memperlihatkan
anak-anak usia muda menjadi korban sekaligus menjadi pelaku kekerasan
sebagaimana dalam kasus Negara Islam Indonesia dan Terorisme.
Menurut mantan wakil gubernur Jawa Barat,
Dede Yusuf, mencuatnya gerakan radikal dan teroris lebih dikarenakan
mulai menipisnya benteng pertahanan dalam diri warga negara Indonesia.
Dengan kata lain falsafat dan prinsip keindonesiaan tidak kembali
dihayati dan diresapi.
Terkait dengan target sasaran kelompok
radikalis dan teroris pada anak-anak muda, Dede Yusuf menyatakan bahwa
kegiatan ekstrakulikuler sekolah dapat mengalihkan perhatian anak-anak
muda dari ideologi radikalisme dan terorisme.
“Upaya pencegahan yang dilakukan salah
satunya dengan menyibukkan para peserta didik dengan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler baik pramuka dan lain sebagainya. Dengan acara seperti,
para pelajar diharapkan lebih paham lagi akan paham yang meresahkan di
masyarakat sehingga tidak perlu diikuti” tutur Dede Yusuf.
Di samping peran sekolah, banyak juga
kalangan yang menilai agar struktur sosial terkecil seperti keluarga
perlu direvitalisasi. Diseminasi ideologi radikalisme dan terorisme yang
menghantui kehidupan generasi muda Indonesia hanya akan terbendung jika
orang tua turut memperhatikan anak-anak mereka. [Mh]
Sumber= Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar