Sosialisasi program empat pilar berbangsa dan bernegara belum berhasil menjadikan Indonesia lebih kuat. Buktinya, hingga kini, berbagai kasus kekerasan seperti hak asasi manusia masih terus terjadi. Padahal, ratusan miliar uang negara telah digelontorkan untuk sosialisasi tersebut. Hal tersebut diungkapkan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Transparansi Anggaran (Kontras), Haris Azhar.
Menurut Haris, sosialisasi empat pilar berjalan dalam logika elite sendiri. Sosialisasi program empat pilar yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal dan NKRI tidak menyentuh ranah sosial publik yang bermasalah. “Sosialisasi empat pilar mestinya masuk ke kampong-kampung buruh. Petani yang dirampas tanahnya. Bukan di tempat yang hanya dihadiri para elite,” kata Haris, di Jakarta, Selasa, (7/5).
Dia menuturkan, para elite belum serius memanfaatkan dana sosialisasi empat pilar. Sebab dana sosialisasi yang meningkat dari tahun ke tahun tidak dibarengi evaluasi implementasi. Patut dicurigai program sosialisai empat pilar sengaja dimanfaatkan untuk mencari keuntungan. “Para elite mengabaikan tujuan utama dari program sosialisasi empat pilar. Nilai-nilai baik dalam empat pilar diselewengkan untuk melanggengkan status quo,” tukasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR, Lukman Hakim Syaifuddin, membantah tak ada evaluasi dalam program sosialisasi empat pilar. “MPR melibatkan lembaga-lembaga independen untuk menilai efektifitas sosialisasi empat pilar. Hasilnya program empat pilar harus terus dikembangkan,” katanya.
Menurut dia, menanamkan nilai-nilai ideologi tidak semudah membuat bangunan fisik. Penanaman nilai ideologi tidak bisa diukur dari uang. Sehebat apapun pembangunan fisik sebuah negara, akan hancur bila terjadi krisis ideologi. “Internalisasi empat pilar adalah proses tak berkesudahan,” ucapnya.[az]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar