Kamis, 14 November 2013

Penanggulangan Terorisme Harus Menyentuh Akar Persoalan


Strategi penanggulangan terorisme yang selama ini berjalan tidak sepenuhnya berhasil. Karena itu diperlukan strategi baru. Hal tersebut diungkapkan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sahal Mahfudh.

“Pendekatan deradikalisasi tidak berhasil. Karena, pendekatan ini hanya parsial, tidak menyentuh akar persoalan yang sebenarnya,” kata Mbah Sahal dalam seminar nasional bertajuk “Islam Rahmatan lil’Alamin: Politik Kebangsaan untuk Masa Depan Indonesia” di Pati, Jawa Tengah, Sabtu (18/5).
Untuk itu, kata Mbah Sahal, perlu ada format baru dalam menanggulangi terorisme dengan melibatkan unsur pendidikan dan lembaga agama seperti pesantren agar mencetak kader penggerak perdamaian di berbagai kawasan.

Mbah Sahal menegaskan bahwa konsep Islam rahmatan lil-alamin dapat menjadi kunci dan landasan untuk menanggulangi kasus-kasus kekerasan, terorisme serta mencari format untuk masa depan Indonesia. “Konsep ini sangat penting, agar dapat diaplikasikan dalam mencari format masa depan Indonesia, terutama untuk diaplikasikan dalam bidang pendidikan,” kata Ketua Umum MUI itu dalam seminar yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Sementara itu, Prof. Nur Syam dalam kesempatan itu menegaskan pentingnya unsur kearifan lokal dalam merespon berbagai hal yang terkait dengan kekerasan dan konflik. “Menggunakan pendekatan yang merespon kearifan lokal sangat penting, agar terjadi keseimbangan dalam merancang strategi. Pendidikan, dalam hal ini, sangat penting untuk menyelesaikan kasus-kasus kekerasan dan menghadapi terorisme,” ungkapnya.

H. As’ad Said Ali menandaskan bahwa terorisme itu betul ada. “Perlu ada pendekatan strategis dan sistematis, agar tercipta upaya kongkrit menyelesaikan masalah terorisme dan menanggulangi radikalisme”.
Untuk itu, ungkap As’ad, perlu ada kader-kader penting, yang siap mengawal konsep keindonesiaan-kebangsaan, dengan berpijak pada konsep Islam rahmatan lil-alamin dan Pancasila. “Perlu ada pemahaman yang komprehensif bagi kader-kader pesantren, agar memahami strategi, konsep gerakan massa dan mampu memainkan isu,” ungkapnya.[az]
Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar