Senin, 18 November 2013

Menag: Perlu Pemahaman Inklusif bagi Kerukunan


Seiring dengan semakin kompleksnya tantangan kehidupan keagamaan yang begitu dinamis, masyarakat Muslim Indonesia membutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap Alquran. Keragaman masyarakat Indonesia dari segi agama, budaya, suku dan etnis, menuntut adanya pemahaman yang inklusif agar tercipta kerukunan dan keharmonisan. Penegasan ini disampaikan Menteri Agama Suryadharma Ali saat membuka Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Alquran di Serang, Banteng, Selasa malam (22/05).

Menurut Menag, pemahaman inklusif sangat dimungkinkan, mengingat karakter bahasa Al-quran yang terbuka untuk dipahami secara beragam. “Dalam ungkapan Imam Ali, Al-Qur`an disebut “hammâlun dzû wujûhin” (mengandung beragam penafsiran),” ungkapnya.

Karenanya, lanjut Menag, tidak heran jika semua paham dan aliran keagamaan mengaku bersumber dari Alquran dan Hadis. Keragaman aliran dan paham keagamaan sejatinya memperkaya khazanah peradaban Islam dengan berbagai alternatif pemikiran yang dapat memberikan kemudahan dan pilihan bagi umat dalam beragama. “Dalam konteks ini, perbedaan dapat menjadi rahmat,” imbuhnya.

Bagi Menag, persoalan muncul ketika perbedaan itu dibawa ke ranah yang sempit dengan balutan fanatisme yang berlebihan, sehingga melahirkan sikap saling mem-bid`ah-kan (tabdî`), saling menyesatkan (tadhlîl), merasa paling benar, dan mengkafirkan pihak-pihak lain (takfîr).

“Misi penyebaran agama (dakwah) seringkali dilakukan tidak dengan memperhatikan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat yang sangat majemuk, sehingga terjadi benturan budaya dan ketegangan di tengah masyarakat, bahkan berujung pada konflik kekerasan atas nama agama,” ungkapnya.

Fenomena tersebut, lanjut Menag, tidak terlepas dari kenyataan bahwa semangat keberagamaan masyarakat Indonesia yang terasa begitu tinggi belum diimbangi pengetahuan dan tradisi ilmiah yang kuat, sehingga slogan “kembali kepada Alquran dan sunnah” yang sering kita dengar, dalam pemahaman dan penerapannya sering membuat kita berbeda, bahkan ‘berkelahi’.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar