Sabtu, 21 Desember 2013

Melestarikan Semangat Kepahlawanan lewat Film


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis film kepahlawanan berjudul “Pahlawan Tak Pernah Mati” Rabu pekan lalu. Film ini berlatar tentang peristiwa 10 November 1945. Pembuatan film ini sebagai upaya menyegarkan dan mengkomunikasikan kembali ingatan kita tentang perjuangan bangsa khususnya di generasi muda dan pelajar.
Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Endang Caturwati mengatakan, semangat kepahlawanan perlu dikembangkan dan dikomunikasikan agar semangat dan nilai tersebut tetap lestari dalam perwujudan yang sesuai dengan konteks perkembangan generasi dan jaman.
“Dalam pemahaman yang lebih luas, pelestarian nilai dan semangat kepahlawanan tersebut sangat sejalan dengan upaya kita untuk mengedepankan dan membangun berbagai aspek positif dari nilai budaya, kearifan lokal dan karakter bangsa,” ujar Endang.
Pemilihan peristiwa 10 November 1945 sebagai latar belakang cerita didasarkan bahwa pada peristiwa penting itu rakyat Surabaya bersatu melawan penjajah dengan mengorbankan jiwa dan raganya tanpa pamrih. Tanpa menunggu komando atau arahan dari pemerintah pusat, masyarakat lokal bergerak untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
“Dalam pemahaman yang lebih luas, pelestarian nilai dan semangat kepahlawanan tersebut sangat sejalan dengan upaya kita untuk mengedepankan dan membangun berbagai aspek positif dan nilai budaya, kearifan lokal dan karakter bangsa,” ujar Endang.
Ia berharap film ini dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya arti pahlawan dan kepahlawanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Film ini juga diharapkan dapat menjadi media yang mampu mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut pada generasi muda sehingga bangsa kita dapat tumbuh dengan masyarakatnya yang memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan.
Sementara itu, sejarawan LIPI Asvi Warman Adam yang menjadi ketua peneliti film tersebut, mengatakan film ini mengisahkan tentang kepahlawanan rakyat Surabaya melawan tentara Sekutu. Puncaknya pada tanggal 10 November 1945. Dalam film ini, Asvi dan timnya mengisahkan secara komprehensif peristiwa 10 November 1945 dalam kisah-kisah heroik.
Hal paling heroik lainnya dalam peristiwa itu, dalam catatan Asvi, adalah insiden tanggal 19 September 1945 di hotel Yamato, Surabaya, ketika Belanda menaikkan bendera merah putih biru, dan para pemuda meminta bendera itu diturunkan namun tidak dihiraukan. Akibatnya delapan pemuda naik ke atas hotel, dan bagian biru dari bendera itu disobek, “Sehingga berkibarlah bendera merah putih,” katanya.
Film ini diputar di TVRI dan juga akan ditayangkan di sekolah-sekolah lewat 50 mobil bioskop keliling.[as]
Sumber: Republika, Tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar