Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
merilis film kepahlawanan berjudul “Pahlawan Tak Pernah Mati” Rabu pekan
lalu. Film ini berlatar tentang peristiwa 10 November 1945. Pembuatan
film ini sebagai upaya menyegarkan dan mengkomunikasikan kembali ingatan
kita tentang perjuangan bangsa khususnya di generasi muda dan pelajar.
Direktur Pembinaan Kesenian dan
Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Endang Caturwati
mengatakan, semangat kepahlawanan perlu dikembangkan dan dikomunikasikan
agar semangat dan nilai tersebut tetap lestari dalam perwujudan yang
sesuai dengan konteks perkembangan generasi dan jaman.
“Dalam pemahaman yang lebih luas,
pelestarian nilai dan semangat kepahlawanan tersebut sangat sejalan
dengan upaya kita untuk mengedepankan dan membangun berbagai aspek
positif dari nilai budaya, kearifan lokal dan karakter bangsa,” ujar
Endang.
Pemilihan peristiwa 10 November 1945
sebagai latar belakang cerita didasarkan bahwa pada peristiwa penting
itu rakyat Surabaya bersatu melawan penjajah dengan mengorbankan jiwa
dan raganya tanpa pamrih. Tanpa menunggu komando atau arahan dari
pemerintah pusat, masyarakat lokal bergerak untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
“Dalam pemahaman yang lebih luas,
pelestarian nilai dan semangat kepahlawanan tersebut sangat sejalan
dengan upaya kita untuk mengedepankan dan membangun berbagai aspek
positif dan nilai budaya, kearifan lokal dan karakter bangsa,” ujar
Endang.
Ia berharap film ini dapat memberi
kontribusi dalam meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya arti
pahlawan dan kepahlawanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Film ini juga diharapkan dapat menjadi media yang mampu
mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut pada generasi muda sehingga
bangsa kita dapat tumbuh dengan masyarakatnya yang memiliki jiwa dan
semangat kepahlawanan.
Sementara itu, sejarawan LIPI Asvi
Warman Adam yang menjadi ketua peneliti film tersebut, mengatakan film
ini mengisahkan tentang kepahlawanan rakyat Surabaya melawan tentara
Sekutu. Puncaknya pada tanggal 10 November 1945. Dalam film ini, Asvi
dan timnya mengisahkan secara komprehensif peristiwa 10 November 1945
dalam kisah-kisah heroik.
Hal paling heroik lainnya dalam
peristiwa itu, dalam catatan Asvi, adalah insiden tanggal 19 September
1945 di hotel Yamato, Surabaya, ketika Belanda menaikkan bendera merah
putih biru, dan para pemuda meminta bendera itu diturunkan namun tidak
dihiraukan. Akibatnya delapan pemuda naik ke atas hotel, dan bagian biru
dari bendera itu disobek, “Sehingga berkibarlah bendera merah putih,”
katanya.
Film ini diputar di TVRI dan juga akan ditayangkan di sekolah-sekolah lewat 50 mobil bioskop keliling.[as]
Sumber: Republika, Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar