Semua komponen masyarakat harus memberikan perhatian serius kepada remaja sebagai generasi bangsa agar tidak terlibat dalam aksi-aksi kekerasan seperti tawuran dan tindakan anarkis lainnya. Pasalnya remaja yang gemar terlibat aksi anarkis, tawuran, serta memiliki mental dan keberanian yang berlebihan, lebih rentan direkrut menjadi “pengantin” (pelaku teror bom)
Hal itu diungkapkan oleh pengajar FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Diskusi Publik bertema “Peran Serta Dunia Pendidikan dalam Mencegah Terorisme” yang dihadiri ratusan pelajar SMA/SMK Kota Tangeran Selatan, Banten, Rabu, (20/3/2013).
Menurut Zaki, remaja yang memiliki keberanian dan semangat berlebihan untuk mencederai orang lain berarti menyimpan benih teror. Saat itulah, dengan disuntik dogma agama yang keliru remja rawan direkrut pihak tertentu untuk kegiatan terorisme.
“Kita mengkhawatirkan anak muda jika tidak bisa menahan emosinya tetapi malah mengikuti nafsu anarkis dan bertemu dengan pelaku terorisme, hal itu sangat mudah bagi mereka untuk merekrut anak muda tersebut,” ungkap Zaki seperti dikutip laman Radar Banten.
Dalam hemat dia, keterlibatan pelajar dalam aksi terorisme telah dibuktikan dengan tertangkapnya sejumlah remaja termasuk pelajar SMA dan SMK oleh tim Detasemen Khusus 88 (Densus) Antiteror Polri.
“Ini harus diantisipasi sejak dini. Jika tidak, pelajar mudah dipengaruhi untuk dicuci otak dan masuk ke dalam lingkaran terorisme,” katanya.
Lebih lanjut ia menyatakan, semua pihak baik aparat berwenang maupun masyarakat sipil haris berintrospeksi atas kenyataan ini. Instrospeksi itu bisa dilakukan mulai dari keluarga, lingkungan, sekolah, dan masyarakat umum.
“Remaja yang pintar adalah mereka yang bisa menentukan sikap, tidak mudah dicekoki oleh ideologi kebencian,” paparnya.
Dalam catatan redaksi, pada tahun Pada tahun 2011, enam anggota kelompok ightiyalat yang ditangkap karena terlibat serangkaian percobaan teror bom di Klaten Jawa Tengah dan sekitarnya, baru berumur belasan tahun.
Sedangkan pada 2012, ada 7 anak dalam kategori usia tersebut yang ditangkap. Dua anak terlibat jaringan Al-Qaeda Indonesia dan lima anak ikut serta dalam serangkaian teror pos polisi di Solo Jawa Tengah, Agustus 2012. (Fiq)
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar