Rabu, 02 Januari 2013

Serangan Teroris Global Meningkat

Sebuah kajian terbaru menunjukkan serangan terorisme sejak 2002 hingga 2007 terus meningkat. Indeks Teorisme Global yang dikeluarkan Institut Ekonomi dan Perdamaian ini menyebutkan lebih dari sepertiga korban adalah warga Irak.

Indeks ini menyusun peringkat dan membandingkan 158 negara selama periode 10-tahun untuk mendapat kejelasan dampak terorisme.
Dalam kajian ini dikatakan bahwa peningkatan terbesar berlangsung antara 2005-2007, didorong oleh sejumlah kejadian di Irak. Pakistan, India dan Afghanistan tercatat masing-masing 12%, 11% dan 10% dalam insiden teroris global dari 2002 hingga 2009. Thailand, Filipina dan Rusia juga memiliki porsi sebesar 5%, 4%, dan 4% dalam skala indeks.

”Kecenderungan global secara keseluruhan memang memberikan beberapa harapan untuk optimis bahwa peningkatan tajam dalam kegiatan teroris yang dialami 2003-2007 telah dihentikan, namun situasi yang memburuk di Suriah dan kemungkinan konflik masa depan di Timur Tengah bisa membalikkan keadaan,” demikian isi laporan tersebut.

Serangan mematikan di Eropa Barat telah menurun sejak 2002 tetapi masih memilki korban tewas 19 kali lebih besar dari AS, meski rentang waktu ini berarti tidak memasukkan serangan 9/11, 2001.

Stabilitas politik
Amerika Utara disorot sebagai kawasan yang paling kecil untuk mengalami sebuah insiden teroris, diikuti Eropa Barat dan Amerika Latin.
Dalam kajian ini juga mengungkapkan hanya 31 negara yang tidak mengalami serangan terorisme sejak 2002 hingga 2011.

Kajian ini juga mengatakan bahwa Al-Qaeda semakin melemah dan hanya bertanggung jawab atas satu dari 4.564 serangan di tahun 2011 – tetapi tidak termasuk afiliasi Al-Qaeda seperti yang di Yaman dan Afrika Utara yang bertanggung jawab atas ratusan korban tewas.
Indeks ini mendefinisikan terorisme sebagai “ancaman atau penggunaan kekuatan aktual ilegal dan kekerasan oleh aktor non-negara untuk mencapai tujuan politik, ekonomi, agama atau sosial melalui penyebaran ketakutan, paksaan atau intimidasi”.

Diantara temuan penting, kajian ini berargumen bahwa negara dengan pendapat rendah kemungkinan paling kecil untuk mengalami aksi terorisme ketimbang negara menengah ke bawah, dengan menyatakan bahwa kemiskinan bukan motif utama untuk serangan.

Disebutkan bahwa terorisme terkait dengan stabilitas politik, tarik menarik kepentingan diantara beragam kelompok di komunitas, pelanggaran HAM dan tingginya tingkat keluhan kelompok.[Az]


Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar