Radikalisme yang mengarah pada tindakan
teror merupakan persoalan dan problem bangsa yang sulit diurai.
Pasalnya, tidak hanya berkaitkan dengan ideologi semata, namun juga ada
persoalan ekonomi politik, keadilan, dan kepentingan kelompok tertentu.
Karena itu, perlu pendekatan yang komprehensif untuk menyikapi persoalan
ini.
Wacana ini disampaikan Peneliti Institute
for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta, M. Zainal Anwar, M.Si.
“Kasus terorisme ini sudah menjadi spesifik yang susah kalau kita urai.
Persoalan itu ada kaitan dengan ideologi, tapi ada juga kaitannya dengan
persoalan ekonomi politik, dan keadilan,” kata Zainal pada Lazuardi
Birru.
Zainal menilai, saat ini aksi teror sudah
mulai menyerang simbol-simbol pemerintah. Misalnya penyerangan pos
polisi di Solo pada Agustus 2012. Selain itu, ada juga ancaman teror di
beberapa instansi pemerintahan, seperti ancaman teror ke gedung DPR RI.
“Nah sebetulnya, kalau saya lihat ada
semacam ketidakpuasan terhadap sistem yang berjalan di Indonesia. Ini
juga ada keterkaitan dengan sejarah masa lalu yang tidak puas dengan
Pancasila sebagai dasar negara,” ungkapnya.
Menurut lulusan Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta ini, dalam sistem demokrasi yang sudah disepakati
oleh para pendiri bangsa Indonesia, masih menyisakan ketidakpuasan
beberapa kelompok. Misalnya kelompok yang menginginkan berdirinya Negara
Islam yang dipelopori oleh Darul Islam (DI) pimpinan Sekarmadji
Maridjan Kartosuwiryo. Saat ini, kelompok ini menjelma menjadi
organisasi baru yang secara ideologi sama. “Ketidakpuasan itu, salah
satunya di lakukan dengan bentuk terorisme,” Zainal menjelaskan.
Selain itu, lanjut Zainal, ada juga motif
yang terkait dengan isu global yang selalu disimbolkan dengan Amerika
dan Barat, sehingga aksi teror yang terjadi di Tanah Air kerap menyasar
simbol-simbol Barat. Tak heran kemudian, kata Zainal, aksi teror yang
terjadi di Indonesia selalu menjadikan simbol-simbol Barat sebagai
sasaran teror. Misalnya aksi Bom Bali, Hotel JW Marriott, dan simbol
Barat lainnya.
“Yang ingin saya garis bawahi adalah
memang ada ketidakpuasan terhadap sistem yang telah berjalan di negara
Indonesia ini. Hal tersebut tidak bisa kita pungkiri, meskipun hal itu
tidak bisa dijadikan alasan sebagai pembenar dalam aksi kekerasan,
apalagi terorisme,” pungkasnya.[Az]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar