Kamis, 02 Mei 2013

Perempuan Penyebar Perdamaian di Poso


 

Rasanya sulit bagi sebagian publik Indonesia menghapus Poso dalam ingatannya. Sebuah kota yang berada di tengah kepulauan Sulawesi ini pernah terluka akibat konflik horisontal beraroma agama di tahun 2000. Bagi orang “luar” Poso mungkin gambaran tragedi itu telah luruh. Meski bukan berarti sepenuhnya lupa. Namun bagi orang “dalam” Poso sendiri, tampaknya perih masih dirasakan afek dari tragedi yang benar-benar berdarah.
Bahkan hingga kini Poso tampaknya masih belum sepeuhnya tenang. Kasus terbaru terkait pembantaian warga oleh oknum yang tak bertanggung jawab Agustus lalu menambah daftar tragedi kekerasan dan teror di Poso. Tak heran jika trauma terasa kental hingga banyak warga tenggelam dalam ketakutan.
Mungkin terutama perempuan. Akibat tragedi yang terjadi, jangankan menyuarakan pendapat, berkumpul atau berkomunikasi dengan orang berbeda keyakinan pun tak berani. Benar-benar trauma yang begitu mendalam.

Namun kini perempuan Poso telah kembai pulih. Trauma dan ketakutan itu berubah menjadi kekuatan. Adalah Lian Gogali, perempuan kelahiran Poso, yang berjasa dalam rekonsiliasi sosial dan psikologis di antara para perempuan Poso dan warga Poso pada umumnya.

Sebagai perempuan Poso, Lian merasa terpanggil mengupayakan rekonsiliasi mengingat konflik telah memicu saling curiga, kebencian dan permusuhan antarwarga.
“Saya percaya, ada kebutuhan mendesak bagi perempuan untuk berbicara dan berpartisipasi aktif” ungkap Lian.

Dari sanalah kemudian Lian mendirikan Sekolah Perempuan. Sebuah wadah pendidikan untuk perempua-perempuan Poso. Di sekolah itu mata pelajaran yang diajarkan adalah toleransi dan perdamaian, gender-gender dan isu politik bahkan hingga pembangunan ekonomi.

Atas perjuangannya inilah Lian mendapatkan pernghargaan internasional dari Coexixt Foundation. Sebuah penghargaan untuk sosok “pahlawan” yang bekerja dan memperjuangkan isu perdamaian dan gerakan interfaith.[Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar