Mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menilai, negara carut marut
karena para ilmuwan dan pemimpin mengalami penurunan akhlak. Para
pemimpin, kata dia, hanya mengamalkan ‘iqra’ saja, tanpa diikuti dengan ‘bismirobbikaladzii kholak’ (menyebut nama Tuhan Yang Menciptakan).
Hal tersebut diungkapkan Kiai Hasyim
dalam Tabligh Akbar Milad UII Yogyakarta ke-70 dengan tema ‘Meneguhkan
Akhlak Bangsa’ di Sleman, Yogyakarta, Minggu, (17/3) malam.
Kiai Hasyim mengatakan, ‘iqra’ yang tidak dibarengi dengan ‘bismirobbikaladzii kholak’
akan semakin menjauhkan ilmuwan dan pemimpin dari Allah SWT. “Dulu
banyak orang yang benar meskipun tidak pintar, karena kedekatan pemimpin
terhadap Allah SWT. Sekarang banyak orang pintar, tetapi tingkah
lakunya tidak benar,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, ahli hukum seharusnya
bisa menciptakan keadilan di negeri ini. Namun kenyataanya, ahli hukum
justru yang mereka-reka hukum untuk kepentingan pribadinya. Akibatnya di
masyarakat tidak ada keadilan.
Ekonom seharusnya bisa menciptakan
kemakmuran masyarakat. Tetapi mereka justru dengan ilmunya merusak
perekonomian masyarakat. “Para politikus juga harus mengedepankan
kejujuran dan kompetensinya agar bisa menciptakan kompetisi yang sehat
dan bermanfaat,” imbuhnya.
Untuk memperbaikinya, kata Kiai Hasyim,
para ilmuwan dan pemimpin harus bisa menyeimbangkan antara ilmu dan
amal, ilmiah dan amaliah. “Selama ilmu dilandasi dengan tujuan beribadah
kepada Allah SWT akan menjadi cahaya. Tetapi kalau tanpa itu, akan
menjadi petaka,” kata dia.
Dijelaskan Hasyim, iqra
merupakan wahyu pertama kali yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Saat diturunkan, Rasullah berkata tidak bisa membaca.
Hingga perintah tersebut diulangi tiga kali.
Namun yang tersirat dalam perintah
membaca, lanjut Hasyim, tidak hanya untuk membaca sebuah bacaan,
melainkan membaca keadaan atau permasalahan. Kemudian menganalisis dan
memecahkannya demi kemaslahatan umat.[az]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar