Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika agar memblokir situs
internet yang berisi panduan merakit bom. Pasalnya, pelaku teror yang
dibekuk polisi akhir-akhir ini belajar membuat bom secara otodidak dari
situs internet.
Hal tersebut disampaikan Kepala Divisi
Humas Polri Inspektur Jenderal Suhardi Alius terkait penangkapan kawanan
perampok yang diduga terkait jaringan teroris di Jakarta dan Bekasi
pada Jumat (15/3/2013).
“Pelaku tidak lagi secara fisik berlatih
membuat bom. Kemenkominfo bisa memverifikasi, mengecek, dan menyeleksi
dengan baik situs yang memuat panduan membuat bom. Konten yang isinya
seperti itu agar tidak tersebar ke masyarakat karena kecenderungannya
mereka belajar dari situ,” kata Suhardi di Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Ia menambahkan, para pelaku teror membuat
bom secara otodidak karena mereka kini terdiri dari sel-sel kecil. Hal
itu berbeda dengan para pelaku teror terdahulu yang bergerak atas
instruksi langsung dari atasan. Pelaku teror sekarang merencanakan teror
atas inisiatif sendiri.
“Pola terorisme ini tidak direktif dari atasannya, top down,
tapi sekarang parsial. Kelompok ini langsung bicara dan memutuskan
eksekusi, tanpa menunggu perintah dari amir atau pimpinannya. Ini yang
perlu diwaspadai,” tegasnya.
Selain itu, kata Suhardi, ketersediaan
bahan dasar pembuat bom mudah didapat di pasar. Hal tersebut semakin
memudahkan akses bagi kelompok teror merencanakan aksinya. Polri sedang
berkonsentrasi pada hal ini dengan penelurusan penjualan bahan pembuat
bom. “Penjualan pupuk yang jadi bahan pembuat bom jadi konsen kami. Kami
sedang cari cara mereduksi untuk hal ini,” terangnya.
Selain itu, menurut Suhardi, buku-buku
yang berisi ajakan teror harus diwaspadai bersama. Informasi dalam buku
yang provokatif, kata dia, harus disensor untuk meminimalisasi teror.
Pihak yang terkait langsung dengan hal itu, yaitu alim ulama dan lainnya
harus berperan aktif memberikan pencerahan terhadap isi buku.
Sebelumnya diberitakan, Makmur (M), salah
satu dari tujuh pelaku perampokan di toko emas di Tambora, Jakarta
Barat, yang ditangkap di Bekasi, diketahui terlibat bom Beji yang
meledak di Depok, Jawa Barat September 2012. Pelaku juga berkaitan
dengan perampokan di Bank CIMB, Medan, beberapa waktu lalu.
M ditembak mati polisi karena melawan
saat akan diciduk. Selain M, Kodrat alias P dan A juga ditembak mati.
Sementara itu, mereka yang ditangkap masing-masing berinisial Togok
alias A, H, S, dan Giting. Adapun barang bukti yang disita dari para
tersangka, yakni 5 senjata api rakitan, peluru kaliber 9 mm 34 butir, 14
bom pipa, 2 sepeda motor, dan emas 1 kilogram. (sf)
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar