Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan,
fatwa sudah semestinya menjadi respon proaktif dari para otoritas fatwa
dalam menanggapi dan mengantisipasi berbagai persoalan umat Islam
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial
kemasyarakatan, seperti kloning manusia, bioteknologi, perbankan dan
sebagainya.
“Bukan saatnya lagi berbagai lembaga
otoritas fatwa hanya bersikap reaktif terhadap persoalan yang muncul di
tengah umat Islam,” kata Suryadharma saat penutupan Konferensi
Internasional tentang Fatwa di Jakarta, Rabu (26/12/2012).
Menurut Menag dalam rangka langkah
proaktif dan antisipatif tersebut, maka agenda penting umat Islam saat
ini adalah bagaimana merumuskan suatu metode baru, yang mengedepankan
prinsip al-mashlahah yang dikaitkan dengan konteks global
kontemporer dalam aspek ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi
maupun aspek sosiokultural umat Islam di dunia.
“Dengan kata lain produk-produk fatwa
mengedepankan pemenuhan kebutuhan hukum yang bersifat publik, disamping
tentunya tetap memberikan jawaban terhadap aspek-aspek teknis ubudiyah
yang dibutuhkan oleh umat Islam,” kata Menag.
Dengan semakin kompleksnya persoalan
keagamaan yang melanda umat Islam saat ini di seluruh dunia, menurut dia
perlu didorong upaya fatwa yang ditetapkan melalui ijtihad kolektif
atau jama’i yang melibatkan berbagai pakar di berbagai negara dan dari
berbagai disiplin ilmu.
“Bentuk ijtihad jama’i yang seperti itu
akan menghasilkan fatwa yang lebih komprehensif dibanding dengan ijtihad
perseorangan atau fardi,” ujarnya.[wan]
Sumber: Lazuardi Birru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar