Jumat, 20 September 2013

Teroris Mampang Ingin Ledakan Kedubes Myanmar?




Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menangkap dua terduga teroris di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2013) malam. Dalam penangkapan tersebut, Densus 88 menemukan lima bom pipa rakitan aktif yang siap diledakan di dalam ransel terduga teroris. Mereka diduga ingin meledakan bom itu di Kedutaan Besar Myanmar di Jalan H Agus Salim, Jakarta.

Berdasarkan sumber metrotvnews.com di kepolisian menyebutkan bom itu memang disiapkan untuk meledakkan Kedubes Myanmar. Rencananya bom akan diledakkan pada Jumat pagi ini.
“Ransel berisi bahan peledak lima pipa dijadikan satu. Keterangan tersangka akan digunakan untuk aksi teror terhadap Kedutaan Besar Burma/Myanmar pagi ini,” kata sumber itu.

Seperti diketahui, di Myanmar terjadi konflik horizontal antar dua etnis. Diduga aksi teror itu sebagai aksi solidaritas terhadap etnis Rohingya yang mayoritas beragama muslim.

Saat ini petugas keamanan menambah pengamanan di Kedubes Myanmar dan kedubes-kedubes negara sahabat lainnya. Setiap kedubes dijaga lebih dari 25 personel. Penambahan pengamanan dilakukan untuk mencegah adanya aksi terorisme.

“Kita kerahkan 25 personel untuk pengamanan kedubes-kedubes yang berada di Jakarta Pusat. Penambahan dilakukan untuk upaya pencegahan,” kata Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Angesta Romano Yoyol, Jumat (3/5/2013).[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Kamis, 19 September 2013

Bom Teroris Mampang Berdaya Ledak Tinggi



Lima bom pipa rakitan yang ditemukan Densus 88 antiteror Mabes Polri dari dua terduga teroris yang ditangkap di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Selatan, Kamis (2/5/2013) malam, diduga memiliki daya ledak tinggi (high explosive). Bom tersebut ditemukan di dalam ransel terduga teroris yakni JM alias Asep dan Ovie.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan lima bom tersebut dipastikan merupakan bom aktif yang siap diledakan yang dapat melukai bahkan dapat menyebabkan orang meninggal dunia.

“Yang pasti ini adalah bom aktif yang bisa melukai apalagi jarak dekat bisa membuat orang luka parah dan bisa meninggal dunia,” ujar Boy Rafli Amar di Jakarta, Jumat (3/5/2013).
Boy mengatakan pihaknya belum bisa memastikan bom itu akan dibawa ke titik mana. Namun, kepolisian akan melakukan pemeriksaan lanjutan di lokasi kosan terduga teroris di Jalan Bangka 2F, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

“Masih dalam penyelidikan lebih lanjut, kami berharap dari penyelidikan siang ini akan mendapat informasi yang lebih penting terkait masalah itu, jadi sampai hari ini belum bisa merinci hasil dari penggeledahan yang dilakukan semalam,” ungkapnya.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 18 September 2013

Densus 88 Tangkap Dua Terduga Teroris




Detasemen Khusus (Densus) 88 antiteror Mabes Polri menangkap dua terduga teroris di Bendungan Hilir, Jakarta, Kamis (2/5/2013) malam. Kedua terduga teroris tersebut berinisial JM alias Asep (perakit bom) dan Ovie. Saat ditangkap kedua terduga teroris tengah melintas di Jalan Sudirman dengan mengendarai sepeda motor.
“Tadi kira-kira hampir jam 10-an (malam) ada yang ditangkap, dua orang naik motor, laki-laki semua,” ujar Usman, tukang ojek yang mangkal di depan gedung kantor pusat Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2013) dini hari. Dia mengatakan, penangkapan terjadi tepat di depan gedung bank ini.
Sementara, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, kedua terduga teroris ditangkap setelah berangkat dari tempat kosnya di Jalan Bangka 2F, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
“Dari tangan mereka, polisi menyita barang bukti berupa lima bom pipa yang siap meledak,” kata Boy.
Setelah menangkap terduga teroris, polisi melakukan penggrebekan di tempat kosan mereka. Polisi pun segera melakukan sterilisasi di sekitar kosan terduga teroris. Dalam penggrebekan tersebut Densus mengamankan dua senjata rakitan, pipa dan zat kimia. Saat ini terduga teroris beserta istrinya dibawa ke Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Boy mengatakan kedua terduga teroris sudah lama diincar oleh Densus 88. Meski demikian, dari kelompok mana, atau apa sasaran para terduga teroris belum bisa dipastikan.
“Ini hasil penelusuran Densus 88 beberapa waktu lalu. Kita berupaya semaksimal mungkin mengamankan agar bom rakitan tersebut tidak meledak. Kelompoknya kita masih belum tahu karena masih dalam pemeriksaan di lapangan,” ujar Boy.[as]

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 17 September 2013

Ikhtiar Menutup Sumber Dana Terorisme dengan RUU Baru




Terorisme di Indonesia suatu saat akan mengancam kedaulatan negara. Hal itu dikatakan Ketua Pansus Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, Adang Darajatun.
Oleh sebab itu, kata Adang, perlu penyelidikan khusus untuk mengetahui dan memberantas siapa yang menjadi dalang aksi-aksi terorisme di Indonesia. Khususnya orang-orang yang mendanai aksi tersebut.
“Perlu pemutusan mata rantai pendanaan teroris berdasarkan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan,” katanya dalam seminar nasional bertajuk ‘Implementasi UU nomor 9 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme’ di Hotel Merlyn Park, Jakarta pusat, Kamis (2/5).
Politisi PKS itu mengimbuhkan, terorisme di Indonesia kini semakin ‘menjamur’. Padahal aksi teror semacam itu merupakan perbuatan keji terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Namun, terorisme tidak akan berhasil tanpa sumber dana dan fasilitas besar.
Dana dan fasilitas lain itu merupakan instrumen pendukung buat kesuksesan aksi-aksi mereka. Selama ini, pendanaan bagi aksi terorisme di Indonesia berasal dari berbagai kalangan yang tidak terlihat oleh semua orang.
“Pendanaan teroris sangat berbahaya karena kemungkinan penggunaan dana dari organisasi amal atau nirlaba,” ujar mantan Cagub DKI Jakarta 2007 ini. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 16 September 2013

Ini Alasan Operasi Kontrateror Tertutup


Beberapa kalangan mengeluhkan pola operasi kontrateror Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang tertutup. Bahkan terkadang Densus 88 tidak melakukan koordinasi dengan kepolisian daerah atau resor setempat.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol Rudy Sufahriadi, menjelaskan, hal tersebut dilakukan lantaran pergerakan teroris yang licin dan mampu berbaur dengan masyarakat.
“Teroris sangat rentan, bersembunyi dengan masyarakat. Karena sifat itulah kita tidak bisa terbuka,” kata Rudy, Kamis (21/3/2013).
Selain itu, lanjut mantan Kapolres Poso ini, jaringan kelompok teror sangat luas dan besar. Dia mencontohkan, sosok DPO terorisme Santoso yang sangat licin saat akan disergap petugas. Terakhir, pentolan kelompok teror Poso itu terdeteksi di Kalora, Poso Pesisir, namun saat akan disergap, aparat mendapatkan perlawanan dari warga sekitar dengan bom dan senjata api.
“Tertutup saja susah apalagi terbuka, makanya wilayah tidak diberi tahu. Contoh kita mau tangkap (teroris) di Jawa Tengah, saya beri tahu polisi wilayah, nanti malah ada patroli di situ,” tuturnya.
Contoh lain adalah ketika personelnya harus berurusan dengan kepolisian wilayah, di mana personelnya disangka sebagai pelaku perampokan toko emas. Meski ditahan, anggota Densus tersebut tidak membuka siapa dirinya. “Kalau dibuka, akan rusak semua operasi jaringannya,” jelas Rudy.
Begitu pula dengan seorang personel yang menyamar menjadi tukang baso gerobak saat upaya penangkapan kelompok teroris Palembang. Dia terpaksa dirawat di rumah sakit karena kena hunusan pisau orang tidak dikenal.
“Dia enggak pernah mengaku polisi. Meski dia membawa pistol, dia enggak menembak, dan memilih berobat ke rumah sakit, daripada operasinya terbuka semua,” cerita Rudy. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Minggu, 15 September 2013

Pakar Kesehatan UII: Salat Tahajud Bermanfaat untuk Kesehatan


Penyakit yang belakangan ini mewabah di kalangan masyarakat merupakan jenis infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh virus. Meskipun kondisi cuaca dinilai berpengaruh pada penyebaran penyakit tersebut, namun pola hidup sehat diyakini dapat memperbaiki ketahanan tubuh dan mencegah penularannya.

Pakar Kesehatan Universitas Islam Indonesia (UII), Rusdi Lamsudin mengatakan, virus tersebut bisa diantisipasi dengan cara merubah pola makan dan konsumsi gizi secara tepat. Selain itu, olahraga juga dianggap penting guna mengoptimalkan metabolisme tubuh dalam menyerap asupan tersebut. “Bila perlu, bangun dini hari untuk salat tahajud, itu sangat bermanfaat untuk kesehatan,” kata Rusdi, seperti dilansir Republika.

Sebab, perubahan cuaca saat ini memang berdampak signifikan bagi kesehatan masyarakat. Namun, Rusdi mengklaim, penyebaran virus tersebut tidak terjadi secara berkala karena merupakan penyakit musiman. Karena itu, perlu ada upaya prefentif guna mengantisipasinya.
Adapun gambaran umum tentang penyakit itu mencangkup hidung, sinus, mulut, faring dan laring. Kemudian, saluran pernapasan bawah terdiri dari trakea, bronki, bronkioli dan alveoli. Dengan begitu, jenis ISPA bukan hanya pilek, flu dan batuk, melainkan juga bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. “Penyebaran virus memang rentan terjadi saat ini,” kata mantan Dekan Fakultas Kedokteran UII, Yogyakarta.
Dokter Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta, Sumardi mengatakan temperatur udara sekarang ini memang sangat berpotensi untuk tumbuh kembang virus. Terlebih, saat kondisi seseorang sedang menurun, virus itu bisa masuk dengan mudah, karena itu, dia menilai, 70 persen penderita penyakit tersebut disebabkan penularan virus.
Namun, dengan meningkatnya angka pasien ISPA hingga 30 persen, dia menyimpulkan, masyarakat belum bisa mengantisipasi dan sadar akan pencegahan penularan virusnya. Padahal, penyakit itu dapat terbawa angin dan berdampak bagi siapa saja. “Bila batuk, harus ditutup,” ungkapnya.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Sabtu, 14 September 2013

Mahasiswa UNY Kembangkan Kamus Bahasa Jawa

 

Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kartika Yudha Pratama mengembangkan aplikasi kamus Bahasa Jawa-Bahasa Indonesia untuk telepon seluler. “Program tersebut dapat membantu seseorang mempelajari Bahasa Jawa dengan lebih mudah, karena dapat digunakan kapan pun, dan di mana pun,” kata Kartika Yudha di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, selain memberikan definisi atau arti dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya, aplikasi itu juga mampu memberikan contoh pengucapan.
“Perangkat lunak yang digunakan untuk menjalankan aplikasi itu berbasis J2ME, sehingga telepon seluler (ponsel) yang digunakan adalah ponsel dengan sistem operasi yang mendukung teknologi Java (Java 2.0) di antaranya adalah Symbian, Java, dan Blackberry,” ungkapnya.

Ia mengatakan aplikasi dapat dijalankan untuk yang pertama kali setelah proses instalasi akan memunculkan tampilan pemasangan “database” berupa Record Management Store (RMS) yang berisi kosakata, baik dalam bahasa Jawa maupun dalam bahasa Indonesia. “Pengguna harus menunggu hingga proses itu selesai agar aplikasi dapat digunakan dengan lancar tanpa ada kesalahan,” kata dia.
Selanjutnya, kata dia, menu utama akan muncul setelah “database” sudah terinstal berupa “list” dan untuk memilihnya pengguna hanya perlu menggerakkan kursor ke atas atau ke bawah sesuai dengan menu yang dipilih. Setelah dipilih tekan tombol “fire key”.

Menurut dia, ada lima menu di antaranya menu Bahasa Jawa-Bahasa Indonesia, menu Bahasa Indonesia-Bahasa Jawa, menu petunjuk penggunaan, menu tentang aplikasi, dan menu keluar.
Setelah diujicobakan, kata dia, aplikasi itu mendapat respons baik dan beberapa saran dari ahli materi yakni dosen Pendidikan Bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). “Saran itu di antaranya penyusunan petunjuk agar lebih sistematis dan penambahan menu referensi untuk menjelaskan sumber pustaka kamus yang digunakan,” ungkapnya.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Jumat, 13 September 2013

Ulama Berperan Penting Bagi Kemajuan Bangsa




Peran ulama sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Jika seorang kiai bisa aktif berperan dan dimanfaatkan secara maksimal, maka akan terjadi suatu bangsa yang makmur dalam segala hal.
“Dengan kemampuan yang dimiliki, seorang kiai bisa memberi masukan, kritik yang positif demi kemajuan suatu bangsa,” kata Moh Asyiq saat sambutan pada acara selamatan dan do’a bersama yang diselenggarakan Pemkab Demak dan Forum Komunikasi Ulama Umaro (FKUU) Kabupaten Demak dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Demak ke 510.

Pemkab Demak menyelenggarakan selamatan dan do’a bersama para ulama, kiai, tokoh masyarakat, dan Muspida plus yang tergabung dalam wadah (FKUU) tersebut berlangsung Ahad (17/3) bertempat di pendopo kabupaten jalan K.Singkil no.7 Bintoro Demak.

Lebih lanjut, ketua MUI tersebut meyakini segala kebijakan Pemkab Demak masih perlu adanya pembenahan terutama yang kurang berpihak pada masyarakat Demak, dan sebaliknya para kiai juga harus tahu diri dengan segala bentuk kekurangan dan kelebihan para kiai. “Sedikit demi sedikit segala kekurangan kita benahi bersama, jangan bosan kita member masukan Pak Bupati, tapi Pemkab juga tidak boleh alergi pada masukan para kiai,” imbuhnya.

Senada dengan Kiai Asyiq bupati Demak HM Dachirin Sa’id mengatakan pemerintahan dengan adanya dukungan dan masukan dari ulama merupakan nilai positif dalam menentukan arah kebijakan pemerintahan.  “Saya sangat berterima kasih pada panjenengan para kiai yang sudi kiranya memberikan masukan dan do’a demi kemakmuran Demak,” ungkapnya.

Lebih lanjut bupati Demak tersebut mengharapkan  bisa berulangnya kembalinya kejayaan Demak seperti pada era Sultan Fattah dengan kondisi masyarakat dan negara yang damai sejahtera. “Saya berharap dengan kebersamaan ulama dan umaro bisa muncul kembali kejayaan Demak di era Sultan Fattah menjadikan Demak baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” pungkasnya.[az]

Sumber: Lazuardi Birru

Rentan Direkrut Teroris, Pemprov Jatim Perhatikan Remaja

 

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Dr. Rasiyo mengungkapkan,  anak muda menjadi target utama untuk direkrut menjadi pelaku teror oleh kelompok radikal. Pasalnya mereka pada umumnya belum mempunyai dasar agama yang kuat.

“Kondisi inilah yang membuat mereka mudah dicuci otaknya dan mudah dipengaruhi oleh kelompok radikal teror yang  menganggap ajarannya paling benar.  Pada dasarnya mereka masih tahap remaja yang belum matang dan masih tahap pencarian jati dirinya,” ungkapnya saat membuka Rapat Koordinasi Pencegahan Terorisme Dalam rangka Pembentukan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jatim di Surabaya, Rabu (20/3/2013).

Selain itu, lanjut Rasiyo, lemahnya semangat kebangsaan dan implementasi pendidikan kewarganegaraan serta upaya pencegahan radikalisme-terorisme yang belum terintegrasi menjadi sebuah serius bagi keberlangsungan masa depan bangsa.
Menurut dia, radikalisme dan terorisme tidak hanya terjadi di dunia internasional, nasional, tetapi bahkan sampai ke daerah-daerah meskipun berbeda ragam dan bentuknya. Radikalisme adalah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan secara drastis.
“Radikalisme atau terorisme baik yang didasari atas kepentingan agama, kelompok serta kepentingan tertentu jika sudah diwujudkan dalam sebuah aksi harus dilarang dengan tegas,” tandasnya. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru

Rabu, 04 September 2013

Dignity for All, Resep Rekonsiliasi Konflik Jusuf Kalla




Kehidupan demokrasi di negeri ini masih diselingi dengan adegan-adegan yang sangat meresahkan. Sebut saja di antaranya adalah konflik horisontal maupun vertikal. Bahkan meskipun saat ini Indonesia telah hidup dalam konstelasi reformasi, konflik-konflik tersebut belum sepenuhnya pudar.

Salah satu tokoh Indonesia yang terkenal dengan perjuangan rekonsiliasi konflik-konflik yang terjadi di negeri ini adalah Mantan Wakil Presiden RI ke-10, Muhammad Jusuf Kalla.

Dalam sebuah wawancara Jusuf Kalla membeberkan resepnya dalam menangani konflik yang pernah ditangininya. Menurutnya setiap konflik memiliki cara dan strategi penanganan yang berbeda-beda.

“Pertama mempelajari latar belakang secara terperinci. Kedua mengenal orang-orangnya. Ketiga, mencari solusi yang bermartabat bagi mereka. Keempat, kita laksanakan secara konsekuen. Kita harus sangat berhati-hati karena latar belakang masalah yang berbeda akan membutuhkan strategi penanganan yang berbeda. Konflik Poso dan Ambon itu kan horizontal, masyarakat dengan masyarakat; sementara di Aceh itu vertikal, masyarakat melawan pemerintah. Tentu strateginya berbeda” ungkap Jusuf Kalla.

Di samping itu dalam upaya rekonsiliasi, Jusuf Kalla menyatakan bahwa dalam menghadapi kelompok yang berkonflik filosofi yang harus dikedepankan oleh pengemban misi damai adalah dignity for all. Dengan istilah ini berarti seorang yang hendak melakukan upaya rekonsiliasi harus berada dalam posisi yang mengangkat derajat kalangan yang sedang berkonflik. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Selasa, 03 September 2013

Endriartono Sutarto: Negara Harus Dengarkan Hukum, Jangan Didikte Siapapun



Baik secara implisit maupun eksplisit setiap warga negara negeri ini tampaknya telah menginsafi bahwa demokrasi adalah keniscayaan. Namun tampaknya dalam proses berdemokrasi, Indonesia belum menemukan bentuk demokrasi yang baik. gesekan dan benturan yang berimplikasi kekerasan dan konflik masih sering terjadi di sana-sini. Dan parahnya, seakan negara tidak hadir untuk menanggulangi problematika tersebut.

Menurut mantan panglima TNI, Endriartono Sutarto, demokrasi yang diterapkan saat ini minim dari intervensi hukum. Kondisi ini akhirnya membuka peluang beberapa kelompok yang merasa paling benar dan memiliki kekuatan untuk mengintimidasi dan menindas kelompok lain.

“Demokrasi yang kita kembangkan sekarang ini demokrasi tanpa penegakan hukum yang ketat. Kebebasan menjadi kebablasan, bukan lagi demokrasi. Hal ini kemudian merangsang siapa yang punya kekuatan untuk menegakkan hukum sendiri. Hukum menurut kebenaran diri atau kelompok yang berkuasa” tutur Endriartono Sutarto.

Endriartono Sutarto menyatakan bahwa negara jangan sampai tunduk dan didikte oleh kekuatan lain di laur negara. “Negara tidak boleh didikte siapapun. Jangankan oleh kelompok atau warga negara sendiri, orang dari negara lain pun tidak boleh, walaupun itu negara sekaliber Amerika sekali pun” tambahnya. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Senin, 02 September 2013

Tari Saman Perhimpunan Pelajar Indonesia Pukau Masyarakat Inggris



Dalam acara “Cultural Showcase” yang digelar University of Leeds sebagai bagian dari World Unite Festival 2013, tim tari Saman Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Leeds, Inggris, berhasil menyabet “Best Performance Award”.
Ketua PPI Leeds, Ivaldi Fabtra, Selasa (19/3) mengatakan festival kebudayaan yang diadakan Leeds University Union ini menunjukkan kekayaan kebudayaan dari berbagai pelosok dunia termasuk pemutaran film-film dari berbagai negara.

Menurutnya, Leeds Indonesian Society yang dipayungi PPI Leeds juga mengelar beberapa event seperti pemutaran film “Rumah Dara” di International Film Festival dan Indonesian Fair. Selain itu, mahasiswa dan mahasiswi Indonesia juga mendirikan stall makanan dan cindera mata dari Indonesia, serta mengadakan pertunjukan musik Indonesia dan pemutaran film “Merantau” dan “The Raid”.

Pada puncak acara yang disebut “Cultural Showcase”, merupakan acara dimana setiap komunitas menampilkan pertunjukan kebudayaan masing-masing. Penampilan tim Indonesia dengan tarian Saman-nya begitu memukau penonton. Gemuruh tepuk tangan dan riuh teriakan yang penuh kekaguman selalu memenuhi ruangan. Salah satu pengunjung sampai mengakui tari saman yang ditampilkan anak muda Indonesia memang pantas mendapatkan predikat sebagai “Best Performance”. [Mh]

Sumber: Lazuardi Birru

Minggu, 01 September 2013

Wasekjen NU: Densus Tak Perlu Dibubarkan



Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Enceng Sobirin, menentang wacana pembubaran Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Menurut dia, Densus 88 sebagai salah satu alat untuk memberantas teroris tidak perlu dibubarkan.

“Densus tidak perlu dibubarkan, hanya SOP (Standard Operating Procedure)-nya yang harus diperbaiki,” ujar Enceng di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/03/2013).
Dalam hemat dia, penanganan terorisme di Indonesia dengan menggunakan Densus 88 sudah jauh lebih baik jika dibandingkan di luar negeri.

“Kalau di luar negeri, militer yang harus turun tangan untuk menangani terorisme. Kalau di Indonesia penindakan teroris hanya dilakukan oleh Densus 88,” tandasnya seperti dilansir kabarcepat.com.
Sebagai salah satu Ormas Islam terbesar di Indonesia, lanjut Enceng, NU akan tetap mendukung Densus 88 sebagai lembaga pemberantasan terorisme.

Sebelumnya pada akhir Februari lalu sejumlah tokoh agama dari lintas Ormas mendatangi Mabes Polri. Salah satu tuntutan mereka saat itu adalah evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Densus 88, bahkan jika perlu dibubarkan.
Saat itu Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, yang memimpin rombongan tersebut mengatakan, eksistensi Densus 88 harus dievaluasi, bahkan bila perlu diganti dengan lembaga lain yang menggunakan pendekatan yang benar-benar berbeda dengan Densus.

Sempat diberitakan, dalam rombongan tersebut, terdapat perwakilan dari PBNU. Namun salah satu Ketua PBNU yang dikatakan ikut dalam rombongan yaitu Iqbal Sulam membantahnya. Ia menyatakan tidak ikut serta dalam rombongan tersebut.

Sebaliknya ia justru berpandangan, keberadaan Densus 88 masih dibutuhkan dalam kaitan pemberantasan terorisme di tanah air. “Tapi, memang harus dilakukan sejumlah evaluasi dan koreksi,” ujar Iqbal saat itu. (sf)

Sumber: Lazuardi Birru